Pernah merasa penasaran gak mengapa Mark Zuckerberg memilih untuk memakai kaus yang sama dan hampir serupa dalam kesehariannya? Mengkin ini adalah jawaban atas pertanyaan tersebut
Sebagai salah seorang founder dari salah satu perusahaan teknologi raksasa dunia, Facebook, bukan merupakan rahasia lagi bahwa seorang Mark Zuckerberg memiliki kekayaan yang berlimpah. Dengan kekayaan yang diestimasikan melebihi 72 milyar Dollar Amerika atau lebih dari seribu trilyun Rupiah itu agak mengherankan ketika dalam berbagai acara yang ia hadiri, Mark terlihat hampir selalu menggunakan kaos yang sama atau serupa. Kira-kira apa ya yang menjadi alasan bagi milyarder satu ini untuk setia terhadap kaus tersebut?
Kita sebagai manusia memiliki energi, tekad, dan kemauan yang tentunya memiliki ambang batas. Tiap hari nya, dalam satu cara atau yang lainnya, kita secara otomatis mempergunakan tekad dan kemauan kita untuk melakukan suatu pekerjaan, dari yang remeh, hingga yang membutuhkan energi yang besar.Â
Ambang batas tekad dan kemauan manusia relatif tak berubah seiring berjalannya waktu
Riset dari University of Minnesota menunjukkan bahwa manusia memiliki batas kemauan dan tekad yang sama jika dibandingkan dengan mereka versi sepuluh tahun sebelumnya, yang menyebabkan terlihatnya perbedaan (dimana versi yang sekarang relatif terlihat lebih lelah) bukan disebabkan oleh berkurangnya kemauan dan tekad tersebut, melainkan pertambahan akan godaan yang membombardir kita untuk mengeluarkan tekad dan kemauan lebih. Kebiasaan kecil seperti meluangkan waktu untuk mendandani diri, atau minimal memilih dan memutuskan apa yang akan kita kenakan hari ini juga mengurangi kuota tekad dan kemauan kita untuk hal-hal yang lebih bernilai untuk dikerjakan. Prioritasi akan tekad dan kemauan ini mungkin yang menjadi alasan bagi seorang Mark Zuckerberg untuk memilih mengenakan pakaian yang hampir sama tiap harinya, untuk lebih memfokuskan energi dan willpower-nya untuk sesuatu yang lebih produktif.
Minimalisme adalah kunci
Tak hanya pendiri Facebook ini saja yang ternyata kerap terpergok mengenakan pakaian serupa tiap harinya, beberapa tokoh terkemuka ternyata juga melakukan hal yang sama. Steve Jobs misalnya, juga terkenal dengan gaya turtleneck hitam yang ia pakai tiap harinya. Mengetahui fakta bahwa mereka memang seharusnya tidak menghabiskan waktu dan energi mereka untuk hal-hal yang kurang relevan seperti memilih pakaian yang akan dikenakan mungkin menjadi salah satu kesamaan diantara para orang ter-sukses tersebut.
terlalu banyak pilihan = produktivitas berkurang
terlalu banyak pilihan = apresiasi berkurang
terlalu banyak pilihan = bisa menjadi hal yang memberatkan
Jadi kenapa tidak memilih hidup minimalis?
Lantas apa yang bisa kita petik dari fakta ini?
1. Bukukan keseharian kita
Kita bisa memulai menggunakan buku catatan, diari, atau jurnal guna mencatat apa saja rutinitas yang kita lakukan tiap harinya. Dengan mengumpulkan data mengenai apa saja yang kita lakukan tiap harinya, mulai dari hal yang bersifat remeh karena sudah menjadi kebiasaan, hingga hal-hal yang sifatnya mengejutkan. Kita bisa menganalisa bagaimana cara kita menjalani kehidupan kita sehari-hari.
2. Periksa keseharian kita
Setelah mendapatkan data yang cukup mengenai bagaimana menjalani kehidupan sehari-hari. Kamu bisa mengelompokkan kegiatan-kegiatan tersebut dalam beberapa kategori dengan nilai kepentingan yang berbeda-beda. Kegiatan remeh yang menurut kamu tidak akan membantu kamu menggapai sesuatu yang lebih baik sebisa mungkin mulai ditinggalkan, dan gunakan lebih banyak fokus dan energi untuk memperbanyak kegiatan yang sifatnya lebih produktif untuk kemajuan diri dan kehidupan kita.
3. Konsisten
Niat merupakan langkah pertama, tapi untuk terus tetap bisa melangkah menuju kehidupan yang lebih baik, kita memerlukan satu hal, yakni konsistensi. Mulai membuang kebiasaan kurang produktif dari hal-hal yang simple dan menggantinya dengan hal-hal yang menurut kamu jauh lebih produktif. Tapi ingat begitu memulai jangan tiba-tiba berhenti ketika merasa berat. Jangan ada kata-kata cheat day atau anggapan bahwa mengambil beberapa hari untuk rehat dari kebiasaan baru nan produktif tersebut adalah hal yang lumrah.Â
Terimakasih sudah membaca, semoga menginspirasi
sumur:
http://www.apa.org/helpcenter/willpower.aspx
https://hackernoon.com/the-reason-wh...y-68e4f907f661
https://hackernoon.com/the-reason-wh...y-68e4f907f661
No comments:
Write comments