Kita tidak asing lagi dengan sebutan generasi Milenial, bagaimana tidak ! Sebagian besar pengguna internet khususnya media sosial yang banyak saat ini, mulai dari facebook, bbm, line, whatsapp, instagram dan masih banyak lagi. Setiap generasi Milenial setidaknya punya 2 bahkan lebih sosial media (sosmed), misalkan facebook dan instagram. Dan generasi milenial rata-rata mengakses smartphone untuk sosmed bukannya belajar melalui aplikasi pengajaran, bahkan waktu penggunaan smartphone oleh generasi milenial rata-rata 12 jam sehari. Pertanyaannya adalah "Bagaimana pengguna media sosial tersebut terkhusus generasi milenial memanfaatkan sosmed untuk hal positif dan membangun
Banyak Jawaban atas pertanyaan tersebut diatas yang sifatnya membangun seperti "Menggunakan media sosial sebagai sarana untuk melakukan pemasaran atau melakukan transaksi bagi mereka kaum muda", atau "media sosial sebagai tempat untuk mensharing informasi untuk membantu orang yang sedang membutuhkan bantuan" dan masih banyak lagi. Namun Kenyataannya dari penggunaan media sosial adalah bahwa pengguna sosial media secara umum lebih dan cenderung menyukai konten-konten yang negatif, contohnya meme yang menyinggung orang lain dengan humor atau bahkan video berdurasi singkat yang berisikan wanita ingin memamerkan aurat dengan humor didalamnya. Itu masih dalam sisi konsumsi Konten, bagaimana sisi pembagi konten ? orang-orang yang mensharing konten cenderung menarik perhatian orang lain menggunakan konten negatif karena pada kenyataannya hal tersebut menghasilkan hasil.
Jika Anda lahir pada rentang tahun 1982-2000-an, maka dapat digolongkan sebagai generasi millennials atau millenium. Namun, banyak pandangan buruk pada generasi ini, seperti diungkapkan oleh TIME yang menyebutkan bahwa generasi milenial tumbuh ke arah lebih buruk, contohnya narsis, penggila gadget, egois, dan manja.
Berikut alasan mengapa generasi milenial cenderung mudah melakukan hal fatal :
1. Orangtua salah memberikan nasehat kepada anak untuk tidak gagal
Banyak Jawaban atas pertanyaan tersebut diatas yang sifatnya membangun seperti "Menggunakan media sosial sebagai sarana untuk melakukan pemasaran atau melakukan transaksi bagi mereka kaum muda", atau "media sosial sebagai tempat untuk mensharing informasi untuk membantu orang yang sedang membutuhkan bantuan" dan masih banyak lagi. Namun Kenyataannya dari penggunaan media sosial adalah bahwa pengguna sosial media secara umum lebih dan cenderung menyukai konten-konten yang negatif, contohnya meme yang menyinggung orang lain dengan humor atau bahkan video berdurasi singkat yang berisikan wanita ingin memamerkan aurat dengan humor didalamnya. Itu masih dalam sisi konsumsi Konten, bagaimana sisi pembagi konten ? orang-orang yang mensharing konten cenderung menarik perhatian orang lain menggunakan konten negatif karena pada kenyataannya hal tersebut menghasilkan hasil.
Jika Anda lahir pada rentang tahun 1982-2000-an, maka dapat digolongkan sebagai generasi millennials atau millenium. Namun, banyak pandangan buruk pada generasi ini, seperti diungkapkan oleh TIME yang menyebutkan bahwa generasi milenial tumbuh ke arah lebih buruk, contohnya narsis, penggila gadget, egois, dan manja.
Berikut alasan mengapa generasi milenial cenderung mudah melakukan hal fatal :
1. Orangtua salah memberikan nasehat kepada anak untuk tidak gagal
Sebagian besar Orang tua saat ini memberikan nasehat yang salah kepada anaknya untuk tidak gagal, seharusnya orang tua menasehati dan membiasakan anaknya untuk dapat menerima kegagalan dan bangkit dari kegagalan tersebut. Namun sekarang ini banyak orang tua yang memberikan nasehat yang salah bahkan tidak pernah menasehati anaknya karna keterbatasan waktu, Sehingga saat anak tersebut mengalami kegagalan seperti tidak lulus sekolah, tinggal kelas atau sebagainya maka dia akan sangat depresi dan timbul rasa takut kepada orang tuanya, disamping itu dia berpikir bagaimana menyelesaikan masalah tersebut dan terkadang anak sekarang salah menempatkan posisi sehingga menggunakan narkoba atau obat terlarang lainnya, membunuh dengan latar belakang hasrat, bahkan hingga bunuh diri untuk menghindari atau menyelesaika masalah.Berbeda dengan anak zaman dulu, ketika seseorang tidak naik kelas itu adalah hal yang lumrah bagi orang-orang di sekelilingnya dan bahkan dia sendiri, tapi jika ada rasa malu melihat teman sekelas yang telah menjadi satu tingkat di atasnya, maka hal yang dilakukan adalah pindah sekolah dan menjadi motivasi untuknya supaya tidak mempermalukan dirinya sendiri lagi di kemudian hari.
2. Percaya diri yang diperoleh dari media sosial berdampak buruk
Percaya diri yang didapat melalui sosmed tidak dapat berdampak buruk, banyak orang-orang yang eksis di sosial media namun kenyataannya tidak, dengan media sosial tersebut dia dapat menyampaikan apapun yang ada dalam benaknya. Hal ini membuatnya membagikan informasi seperti teks (curhatan), foto, bahkan video namun biasanya orang yang seperti ini akan lebih aktif dan loyalitas terhadap sosial media itu sangat tinggi, sehingga konten-konten yang sering dibagikan tidak baik seperti membagikan foto yang berbau seks atau kebiasaan baik dan buruknya setiap hari tanpa memilahnya. Dengan begitu akan banyak orang yang memanfaatkan hal tersebut seperti mengajak orang tersebut bertemu dan terjadi pemerkosaan, pemerasan, bahkan pembunuhan akibat terlalu terbuka kepada media dan orang lain melalui sosmed. Percaya diri yang berlebihan dalam sosial media terkadang menimbulkan ujaran kebencian atau suatu kalimat yang dapat membuat orang tersebut marah, depresi dan sebagainya yang dapat menimbulkan rasa untuk melakukan sesuatu yang konyol seperti melukai diri sendiri dan bahkan bunuh diri.
3. Rasa Keingintahuan yang tinggi
Rasa ingintahu yang tinggi generasi milenial memang patut di acungkan jempol, namun hal tersebut yang memicu anak zaman sekarang megakses konten yang negatif, untuk sebagian orang yang mendapati konten negatif saat berselancar di dunia maya akan melupakan konten tersebut dan mencari konten yang lebih bermanfaat dan positif, namun sebagian lagi malah menggunakan konten tersebut secara terus menerus dan menimbulkan keinginan untuk mempraktekkan hal dalam konten tersebut dalam lingkungan nyatanya, sehingga dengan itu timbullah tindakan kriminal seperti pemerkosaan, dan pembunuhan dengan latar belakang hasrat dan keinginan.
4. Kurangnya Sosialisai dengan lingkungan
Kurang bersosialisasi dengan masyarakat,kepribadian seseorang sulit terbentuk dan tidak sejalan dengan tata nilai dan norma yang di jadikan pedoman serta potensi-potensi yang dimiliki seseorang tidak akan berkembang dengan baik sehingga tidak akan menjadi satu pribadi yang utuh dan anggota masyarakat yang baik.Generasi Milenial yang menggunakan waktunya lebih banyak berselancar di dunia maya akan sulit menjalani dan menyelesaikan masalah yang sifatnya nyata tidak dalam dunia digital, saat menghadapi praktik sosial atau interaksi sosial untuk menyelesaikan masalah individu tersebut tidak tau berbuat apa, sehingga kemungkinan akan timbul suatu tindakan untuk menyelesaikan masalah secara instan atau lari dari masalah, biasanya orang tersebut akan menggunakan obat terlarang atau hal lain seperti menyakiti diri sendiri bahkan sampai bunuh diri.
5. Sarana belajar yang terhubung langsung degan internet
Sarana belajar saat ini mendorong setiap orang untuk menggunakan Internet, namun hal ini akan berdampak buruk bagi mereka yang tidak bijak dalam menyikapinya. Dalam era digital saat ini kita tidak asing lagi dengan kata "notifikasi" dan "iklan/endorse", saat kita belajar melalui perangkat yang terhubung dengan internet maka sering kali kita melupakan apa yang harusnya kita kerjakan, contoh saat seseorang sedang belajar menggunakan perangkat smartphone, ketika belajar terkadang notifikasi seperti email akan tampil pada layar dan membuat orang tersebut penasaran dan membukanya atau notifikasi pesan dari seseorang sehingga orang tersebut membuka dan membalas pesan tersebut dan akhirnya chatingan. Hal ini berdampak besar yaitu kemungkinan tugas yang kita kerjakan tidak akan selesai dan kita tentunya tidak akan belajar dan pada saat di sekolah atau di perkuliaan kita gagal, saat gagal disinilah kita depresi dan melukan hal konyol seperti menggunakan narkoba atau obat terlarang lainnya untuk menghilangkan stress.
Jadi guys sebaiknya kita kurangi penggunaan sosmed dan perbanyak interaksi langsung.
Saya Mohon Maaf jika ada pihak yang tersinggung, kalau ada kritik dan saran bisa dari komentar ya guys. Thank youu
No comments:
Write comments