Sunday, March 25, 2018

Cultuurstelsel, Tanam Paksa atau Budidaya Tanaman?

Assalamualaikum WR WB

Tanam Paksa atau Budidaya Tanaman? Salah Pemahaman Tentang Cultuurstelsel

Indonesia yang dahulu bernama Hindia Belanda adalah sebuah kawasan yang menjadi daerah koloni bangsa Belanda. daerah jajahan Belanda ini disebut sebagai sebuah zambrud khatulistiwa karena potensi besarnya yang terkenal subur dan memiliki nilai ekonomis tinggi. untuk itu pemerintah Belanda berusaha melakukan usaha-usaha yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan Belanda yang saat itu tengah dilanda krisis. hal ini dikarenakan beragam faktor antara lain persaingan dengan negara besar lainnya yaitu Inggris yang saat itu membangun bandar dagang besarnya di Singapurapada tahun 1819 yang semakin mengancam Batavia sebagai tempat persinggahan kapal. apalagi pada medio 1800an harga kopi yang menjadi komoditi andalan bagi Belanda harganya jatuh di pasaran dunia. kas persediaan Kerajaan Belanda mengalami defisit parah. ambruknya perekonomian hanya awalnya saja, pada tahun 1830 muncul perang di tanah Belanda sendiri. terjadi perang saudara yang menyebabkan lepasnya Belgia dari tangan Belanda dan menjadi daerah yang merdeka. akibatnya belanda kehilangan 35% daerah pertanian dan sebagian besar pendapatannya. pada tahun yang hampir bersamaan yaitu tahun 1825-1830 terjadi perang Jawa yang dipelopori oleh Pangeran Diponegoro yang disebut-sebut sebagai perang yang menghabiskan cadangan devisa Belanda.

VAN DEN BOSCH
Tanam Paksa atau Budidaya Tanaman? Salah Pemahaman Tentang Cultuurstelsel

Keadaan demikian menyebabkan pemerintah Belanda harus mencari cara untuk kembali mendulang laba di tanah koloni. Pemerintah Belanda akhirnya mengirimkan Gubernur Jenderal yang baru, Johannes van den Bosch untuk mengatasi kemelut ekonomi itu.setelah sebelumnya Van der Cappelen mengalami kegagalan dan dijatuhkan oleh kaum konservatif di Belanda. kawasan subur hindia Belanda diproyeksikan sebagai lahan yang dianggap mampu untuk mengembalikan keadaan perekonomian Belanda yang hancur. Gubernur Van den Bosch merumuskan kebijakan yang dinamakan Cultuurstelsel yang secara harfiah di terjemahkan kedalam bahasa Indonesia yaitu sistim budidaya tanaman. tahun 1830 dengan persetujuan dari parlemen Belanda Van den Bosch melaksanakan cultuurstelsel. kebijakan cultuurstelsel sendiri berbuni bahwa setiap warga yang memiliki tanah pertanian harus menanami tanahnya sebesar 1/5 bagian dengan tanaman yang bernilai guna ekspor khususnya kopi, tebu, dan nila. mereka yang tidak memiliki tanah diwajibkan untuk bekerja pada tanah pemerintah selama 75 hari dalam setahun. selanjutnya hasil panen akan dijual kepada pemerintah dengan harga yang telah diterapkan oleh pemerintah. untuk menjalankan praktik kebijakan ini Pemerintah Belanda bekerja sama dengan birokrasi lokal seperti Bupati yang dianggap memiliki kemampuan untuk mengarahkan rakyatnya. untuk daerah yang kurang subur penduduknya akan dikirm untuk bekerja diluar daerahnya untuk menggarap tanah milik pemerintah dengan upah yang telah ditetapkan. selain itu desa yang sudah memenuhi kuota pengumpulan tanaman maka hasil tanaman akan dikembalikan untuk desa. ketentuan tanam paksa dituangkan dalam Staatblad (lembaran negara) tahun 1834 No. 22.


PENGUMPULAN TANAMAN
Tanam Paksa atau Budidaya Tanaman? Salah Pemahaman Tentang Cultuurstelsel

warga harus menjaga tanaman ekspor sampai masa panennya nanti. kebijakan menurut undang-undang di negri Belanda menyebutkan bahwa tanaman yang rusak akan menjadi tanggungjawab pemerintah dan akan menggantinya. setiap hasil panen yang didapat harus disetorkan ke gudang-gudang milik pemerintah dan akan dibayarkan dengan harga dengan satuan pikul. tanah yang ditanami tanaman ekspor akan bebas pajak. jika dilihat dalam peraturan yang tercantum dalam Staatblad No. 22 tahun 1834 maka praktik tanam paksa telah di desain sedemikian rupa dengan maksud tidak membebani rakyat dan antara rakyat dan pemerintah kolonial di untungkan. dalam peraturan tanam paksa juga diatur bahwa petani tidak boleh mengerjakan tanaman ekspor terlalu lama dan tetap harus memperhatikan tanaman pangan. pada masa ini rakyat juga dikenalkan dengan tanaman ekspor yang memiliki nilai lebih. seringkali rakyat juga menanam lebih untuk tujuan menjual ke para pedagang cina yang berani membayar lebih mahal dari pemerintah kolonial. selain itu rakyat Indonesia diperkenalkan dengan sistim budidaya tanaman ekspor yang dikemudian hari akan menjadi modal berkembangnya perkebunan di Indonesia. 


PENDERITAAN RAKYAT
Tanam Paksa atau Budidaya Tanaman? Salah Pemahaman Tentang Cultuurstelsel

Namun keserakahan tidak dapat dihindari akibat besarnya perputaran uang yang ada di dalamnya. awalnya Van den Bosch merasa puas dengan kesuksesan sistim tanam paksa yang dilaksanakannya. ia berusaha untuk melakukan tawaran kepada para Bupati selaku kepanjangan tangan Pemerintah Kolonial. Ia menawarkan bonus untuk setiap pikul yang dibawa oleh petani. bonus ini dinamakan cultuur prosenten semakin banyak hasil yang dikumpulkan oleh para Bupati semakin besar yang diterima Bupati. oleh karena itu banyak bupati yang tergiur dengan bonus yang ditawarkan. mereka memerintahkan para wadana untuk mengerahkan rakyat menanam lebih banyak tanaman pada sawah mereka dan mempekerjakan buruh tani lebih dari waktu yang telah sudah ditentukan sebelumnya. yang awalnya hanya 1/5 bagian meningkat sampai 3/4 lahan. waktu pengerjaan yang dilakukan oleh petani untuk merawat tanaman ekspor tersebut lebih banyak ketimbang untuk merawat tanaman pangan. bahkan dilakukan pemaksaan oleh para wedana pada mereka yang awalnya tidak mengikuti program cultuurstelsel. padahal petani hanya menerima sedikit saja keuntungan dari penjualan tanaman tersebut. sedangkan para bupati dan wedana yang menikmati hasilnya. sedangkan pada pihak Pemerintah Kolonial di untungkan dengan besarnya pemasukan dan mereka menganggap tidak terjadi pelanggaran terhadap undang-undang karena bukan mereka yang melakukan pemaksaan penanaman namun para Bupati.


KELAPARAN
Tanam Paksa atau Budidaya Tanaman? Salah Pemahaman Tentang Cultuurstelsel

Dampak yang ditimbulkan sangatlah mengerikan. terjadi gagal panen luar biasa di daerah jawa terutama di karesidenan Kedu, Karesidenan Bagelen, Karesidenan Semarang. kelaparan terjadi hampir merata, bahkan dalam salah satu memoar yang ditulis oleh asisten residen Semarang menuliskan bahwa orang mati dapat ditemukan dengan mudah di jalan. bahkan pada periode tanam paksa penduduk di Hindia Belanda khususnya jawa mengalami penurunan secara signifikan. diperparah dengan sistim kesehatan yang sangat buruk dengan dukungan sanitasi yang memprihatinkan menyebabkan terjadinya penyebaran wabah penyakit yang semakin menggerus sistim kemasyarakatan di Jawa.


AMSTERDAM ABAD 19
Tanam Paksa atau Budidaya Tanaman? Salah Pemahaman Tentang Cultuurstelsel

Hal berbeda dirasakan oleh Belanda. dalam 5 tahun praktik jalannya Cultuurstelsel saja pemerintah mampu melunasi hutangnya bahkan hutang-hutang peninggalan VOC dan membalik kondisi defisit mereka menjadi surplus sebesar 800 juta Gulden. dengan cadangan kas sebesar itu belanda menjadi Kerajaan terkaya yang sejajar dengan Inggris. Belanda menjadi pusat dagang dunia yang menyebabka banyak negara yang harus bergantung dengan belanda akibat dari melimpahnya barang dagangan belanda. mereka membangun kembali infrastruktur di Belanda seperti jalan raya, jembatan, unversitas, pembenahan sistim administrasi, militer, membangun polder. saking majunya, pada abad 19 Belanda menjadi negara yang paling maju dikawasan Eropa Barat. uang hasil cultuurstelsel juga digunakan untuk membangun kawasan Hindia Belanda dengan dibukanya lahan untuk pertanian, pembangunan jalan raya, jalur kereta api, dan pelabuhan. bahkan mereka membangun kota Batavia seperti kota amsterdam dan dijuluki new Amsterdam.


MULTATULI
Tanam Paksa atau Budidaya Tanaman? Salah Pemahaman Tentang Cultuurstelsel

Dibalik kemajuan yang Belanda nikmati ternyata mendapatkan kritikan pedas dari dalam negri terutama dari golongan Liberal dan Humanis yang menganggap praktik cultuurstelsel sebagai perbudakan yang sudah tidak sesuai lagi dengan asas kemanusiaan dan kebebasan. Seorang Asisten Residen di Lebak, Banten, Eduard Douwes Dekker mengarang buku Max Havelaar (1860). Dalam bukunya Douwes Dekker menggunakan nama samaran Multatuli. Dalam buku itu diceritakan kondisi masyarakat petani yang menderita akibat tekanan pejabat Hindia Belanda. dia menulis bagaiman bupati bertindak sewenang wenang terhadap para petani yang menyebabka kesengsaraan dan penderitaan rakyat. tulisannya itu dikirim ke Belanda dan diterbitkan dalam surat kabar. akibatnya tulisannya itu terkenal di Eropa dan memberi tahu Eropa tentang bobroknya sistim yang diterapkan Belanda. Seorang anggota Raad van Indie, C. Th van Deventer membuat tulisan berjudul Een Eereschuld, yang membeberkan kemiskinan di tanah jajahan Hindia Belanda. Tulisan ini dimuat dalam majalah De Gids yang terbit tahun 1899. Van Deventer dalam bukunya menghimbau kepada Pemerintah Belanda, agar memperhatikan penghidupan rakyat di tanah jajahannya. Dasar pemikiran van Deventer ini kemudian berkembang menjadi Politik Etis.


PARLEMEN
Tanam Paksa atau Budidaya Tanaman? Salah Pemahaman Tentang Cultuurstelsel

Akibat desakan dunia Internasional dan juga kemenangan kaum liberal atas kaum konservatif di parlemen Belanda menyebabkan ditetapkannya penghapusan cultuurstelsel pada tahun 1870. selain itu dtetapkan pula peraturan baru pengganti cultuurstelsel yaitu Agrarische Wet 1870 yang mengatur kepemilikan swasta di tanah Hindia Belanda. momentum ini juga menjadi cikal bakal terciptanya politik balas jasa atau politik etis sebagai dampak dari kemenangan kaum Liberal di Parlemen Belanda. Cultuurstelsel walaupun menyebabkan penderitaan yang besar namun tidak dapat dipungkiri muncul beragam manfaat dan pengetahuan baru tentang pertanian bagi rakyat, namun pahitnya cultuurstelsel lebih dikenal sehingga sejarawan Indonesia banyak yang menyebutnya sebagai sistim tanam paksa.

SUMBER 1
SUMBER 2
SUMBER 3
SUMBER 4
Kuliah Siang ini
DR. Endang Sulistyowati, M.A
SUMBER

No comments:
Write comments

Artikel Menarik Lainnya

loading...