Assalamu'alaikum Wr. Wb., selamat pagi/siang/sore/malem dimana pun berada!
Ketemu lagi dengan ane nih. Kali ini untuk meramaikan post yang sekaligus dalam rangka memperingati Hari Film Nasional, ane mau memaparkan sedikit tentang perkembangan cara menonton film di Indonesia, khususnya yang ane alami sendiri sebagai generasi yang lahir di era '80-an.
Sejak ane kecil sampe dewasa kini, secara umum ane membagi perkembangan cara menonton film orang2 di Indonesia ke dalam 4 (empat) fase gan; yaitu (1) era layar tancep, (2) era bioskop jadoel, (3) era bioskop modern, dan (4) era film online. Selengkapnya, cekidot gan!
1. LAYAR TANCEP
Bagi ane dan generasi yang sepantaran, fenomena layar tancep pada umumnya mewarnai kehidupan kami di fase pre-school hingga Sekolah Dasar (SD). Layar tancep ini juga punya sebutan lain yaitu "misbar" singkatan dari gerimis bubar, tak lain dan tak bukan karena metode menonton film yang diadakan di ruang terbuka sehingga cukup menimbulkan masalah ketika terjadi turun hujan. Pengalaman ane di kampung dulu, pertunjukan layar tancep kerap diadakan di lapangan yang tinggal beberapa langkah kaki dari rumah ane, khususnya ketika ada sponsor yang membiayai pertunjukan tersebut yang umumnya berasal dari produsen rokok lokal. Bagi kami yang dibesarkan di kampung ujung barat daya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, judul2 film yang diputar di pertunjukan layar tancep rasanya tidak berbeda genre dengan di belahan Nusantara lainnya di masa itu, yaitu mulai dari film drama kolosal klasik hingga genre komedi semacam Warkop DKI. Satu hal yang perlu dicatat, media layar tancep tidaklah semata-mata sebuah pertunjukan film an sich, namun juga merupakan salah satu sarana yang paling efektif dalam mengakrabkan para warga.
Ketemu lagi dengan ane nih. Kali ini untuk meramaikan post yang sekaligus dalam rangka memperingati Hari Film Nasional, ane mau memaparkan sedikit tentang perkembangan cara menonton film di Indonesia, khususnya yang ane alami sendiri sebagai generasi yang lahir di era '80-an.
Sejak ane kecil sampe dewasa kini, secara umum ane membagi perkembangan cara menonton film orang2 di Indonesia ke dalam 4 (empat) fase gan; yaitu (1) era layar tancep, (2) era bioskop jadoel, (3) era bioskop modern, dan (4) era film online. Selengkapnya, cekidot gan!
1. LAYAR TANCEP
Bagi ane dan generasi yang sepantaran, fenomena layar tancep pada umumnya mewarnai kehidupan kami di fase pre-school hingga Sekolah Dasar (SD). Layar tancep ini juga punya sebutan lain yaitu "misbar" singkatan dari gerimis bubar, tak lain dan tak bukan karena metode menonton film yang diadakan di ruang terbuka sehingga cukup menimbulkan masalah ketika terjadi turun hujan. Pengalaman ane di kampung dulu, pertunjukan layar tancep kerap diadakan di lapangan yang tinggal beberapa langkah kaki dari rumah ane, khususnya ketika ada sponsor yang membiayai pertunjukan tersebut yang umumnya berasal dari produsen rokok lokal. Bagi kami yang dibesarkan di kampung ujung barat daya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, judul2 film yang diputar di pertunjukan layar tancep rasanya tidak berbeda genre dengan di belahan Nusantara lainnya di masa itu, yaitu mulai dari film drama kolosal klasik hingga genre komedi semacam Warkop DKI. Satu hal yang perlu dicatat, media layar tancep tidaklah semata-mata sebuah pertunjukan film an sich, namun juga merupakan salah satu sarana yang paling efektif dalam mengakrabkan para warga.
2. BIOSKOP JADOEL
Perkembangan selanjutnya setelah metode layar tancep, yaitu menonton film di bioskop gan. Dalam hal ini, bioskop yang dimaksud adalah bioskop versi jadoel yang secara diametral sangat berbeda dengan seluk-beluk bioskop kekinian. Dan bagi ane pribadi yang menemui fenomena bioskop jadoel di era Sekolah Menengah Pertama (SMP), bahkan sekedar menginjakkan kaki di bioskop tipe ini pun sama sekali belum pernah. Hal ini tidak terlepas dari aura bioskop jadoel itu sendiri, yang mana sering memutar film2 klasik berbumbu esek2 sehingga sangat tidak cocok untuk dinikmati kami yang masuk ke dalam golongan "anak soleh" hehehe. Dari segi penampilan, bioskop model jadoel biasanya memasarkan produk2nya melalui media spanduk yang digelar di bagian depan bangunannya, sambil sesekali diselingi dengan promosi melalui mobil keliling kampung.
3. BIOSKOP MODERN
Dengan semakin ketatnya persaingan di lini bisnis per-bioskop-an, jenis bioskop jadoel pun perlahan dimakan oleh zaman. Di tingkat global maupun nasional, industri bioskop kemudian terus berbenah dan bermetamorfosa menjadi bioskop yang modern. Banyak sekali perubahan mendasar yang selanjutnya dialami oleh sektor industri bioskop Tanah Air, di antaranya modernisasi manajemen dan kelaikan tempat, perkembangan teknik pemutaran film dari sistem seluloid menuju era digitalisasi, varietas penyediaan film lokal maupun impor yang patut ditonton bagi setiap rentang umur, sentuhan teknologi dari 2 dimensi ke 3 dimensi, hingga bisnis tetek-bengek peripheral semacam makanan-minuman ataupun pembagian level yang disesuaikan dengan budget dan tingkat kenyamanan (biasa-VIP-VVIP-dst.). Bagi ane sendiri yang mengalami fenomena bioskop modern sejak era Sekolah Menengah Atas (SMA) hingga kini, modernitas bioskop ini begitu memberikan manfaat positif di kedua sisi, baik dari sisi kesehatan industri bioskop maupun dari sisi asas kemanfaatan konsumen.
4. FILM ONLINE
Dan yang terakhir, kini perkembangan cara menonton film di Indonesia ---termasuk juga secara global tentunya--- telah diwarnai oleh sentuhan perkembangan Information Technology (IT). Hal ini tidak terlepas dari semakin massifnya penetrasi penggunaan internet di kota maupun di desa, khususnya melalui perangkat mobile yang ramah di genggaman tangan. Perlahan tapi pasti, konsumen mulai belajar untuk menikmati penanyangan film secara online, meskipun di Indonesia sendiri masih relatif dihantui oleh mahalnya bea paket data yang paralel dengan banyaknya frekuensi penggunaan teknologi internet untuk menonton sebuah film, terlebih durasinya panjang.
Apapun itu, perkembangan teknologi film online sampai saat ini tampaknya masih dapat berjalan beriringan dengan industri bioskop, termasuk metode layar tancep yang tetap masih dapat dibangkitkan melalui sentuhan teknologi projector misalnya untuk nonton bola bareng.
Finally, selamat Hari Film Nasional, semoga ke depannya semakin banyak film2 berkualitas hasil produksi anak negeri!!! Wassalam...
Sumber :
Narasi : cerita pribadi.
Ilustrasi : Google Images.
No comments:
Write comments