Pada
artikel sebelumnya, kita bersama sudah membicarakan secara panjang dan
lebar tentang konsep masa depan transjakarta. Perbaikan busway ternyata
tidak bisa dilakukan sepotong sepotong, harus dirunut sumber
permasalahannya secara komperehensif, dirumuskan satu-satu secara
bertahap metode penyelesaiannya dan baru kemudian perencanaan tahapan
perbaikannya. Pada artikel sebelumnya kita sudah mengetahui Bagaimana
Cara Mensterilkan Jalur Busway,
baru kemudian setelah jalur yang steril sudah tercipta, kita bisa mulai
memfokuskan pada peningkatan kenyamanan penumpang. Yang bisa kita
rangkum dalam Standar Minimal Pelayanan Transjakarta.
Setelah
2 poin utama tersebut terpenuhi, tahap berikutnya yang bisa kita
lakukan adalah pengembangan Transjakarta. Transjakarta tidak harus
selamanya berbentuk Bus. Di masa yang akan datang busway bisa digantikan
dengan jenis public transport berbasis rel (LRT- Light Rail Transit)
seperti tram. Tidak harus frontal langsung digantikan seluruhnya,
tetapi kita bisa memulainya secara bertahap dari 1-2 koridor dahulu,
kemudian menyusul ke koridor koridor berikutnya.
Transportasi
berbasis rel terbukti lebih efisien cepat dan nyaman dibandingkan
transportasi tunggal jalan raya seperti mobil ataupun bus. Sistem LRT
jauh lebih unggul, nyaman, praktis dan efektif dibanding bus karena
sudah ada jalurnya sendiri yang konsisten. Rail dan tikungan pada
beberapa titik persimpangan sudah diatur sedemikian rupa, angle dan
jarak antar platform ke pintu tram juga akan selalu konsisten dan tidak
akan berubah rubah. Berbeda halnya dengan bus di mana sang sopir harus
bermanufer manual setiap kali mendekati bibir halte.
Dengan
digantinya busway menjadi Tram, waktu tempuh akan jauh terpangkas,
penumpang akan merasa lebih nyaman karena dengan menggunakan sistem rel
tidak akan ada lagi keluhan jalan bergelombang, rangkaian pun bisa
dengan mudah ditambahkan secara memanjang sehingga kapasitas pun menjadi
bertambah. Apalagi LRT akan menjadi gambaran transportasi hijau
sesungguhnya dibandingkan program konsep mobil murah yang diajukan SBY.
Karena seperti yang sudah kita ketahui bersama tram sendiri berbahan
bakar nonfosil, 100% ramah lingkungan dan tidak berasap.
Perbedaan
kontras sistem bus dan LRT lainnya adalah waktu loading penumpang baik
naik dan turun bisa 20-30 detik lebih singkat, karena pada sistem LRT
sudah bisa diatur lebih presisi titik berhentinya, ditambah pula faktor
lebar dan jumlah pintu yang lebih banyak dari bus.
Dari segi
nilai investasi, LRT juga tidak mahal. Harga 2-3M per rangkaian namun
memiliki umur pemakaian puluhan tahun lebih lama. Rangkaian bisa kita
pesan di PT Inka Madiun, produksi dalam negeri bukan impor!
Lihat
busway busway kita produksi Korea pada koridor 6 misalnya. Busway Dukuh
Atas–Ragunan ini sudah renta. Setiap kali bus berjalan kaca berguncang
dan penuh bunyi bunyi baut kendor pada seluruh badywork-nya. Ini
MENGERIKAN ! Padahal usia bisnya belum sampai 10 tahun.
Kira
kira berapa umur Tram? Tram antik seperti yang bisa kita naiki di San
Fransisco sudah berumur 100 tahun dan pada hari ini masih memikat
penduduk dan wisatawan!
Hal menarik berikutnya adalah
evolusi dari bus ke tram ini tidak harus dilakukan dengan wujud
rangkaian tram dengan bentuk dan warna seragam di seluruh koridornya.
Misalnya Tram gandeng dua rangkaian atau lebih tentu saja cocok dengan
kondisi jalan koridor 1 blok M – Harmoni. Sedangkan untuk koridor 4 Pulo
Gadung- Dukuh atas tentu lebih cocok dengan jenis tram tunggal
mengingat koridor ini banyak melewati jalan yang lebih sempit.
Untuk
koridor 12 Pluit - Tanjung Priok misalnya, kita bisa memilih
menggunakan model tram berjenis double decker dengan lantai atas semi
terbuka karena tram ini melewati kawasan Kota Tua, sehingga akan menjadi
daya tarik bagi wisatawan untuk ikut menggunakan tram transjakarta
ini.Varian berbagai jenis tram inilah yang nantinya justru akan membuat
transjakarta penuh warna dan makin dicintai warga Jakarta.
Jadi bagaimana? Menarik bukan?
Saat
sudah tergantikan menjadi moda transportasi berbasis rel, secara teknis
transjakarta tidak memerlukan aspal lagi. Rel ini dalam beberapa
kondisi bisa kita kombinasikan dengan material yang lebih ramah
lingkungan seperti contohnya grassblock ataupun full rumput. Dengan
jalur transjakarta yang berupa rel dan rumput sudah tentu akan 100%
steril karena kendaraan pribadi akan berpikir dua kali jika ingin
melewatinya.
Last Post:
Masa Depan Transjakarta #1 : Menciptakan Design Jalur Busway Yang Steril
Masa Depan Transjakarta #2 : Standar Pelayanan Minimal
No comments:
Write comments