Friday, June 19, 2015

MASA DEPAN TRANSJAKARTA #3 - Evolusi Transjakarta


Evolusi Transjakarta


Pada artikel sebelumnya, kita bersama sudah membicarakan secara panjang dan lebar tentang konsep masa depan transjakarta. Perbaikan busway ternyata tidak bisa dilakukan sepotong sepotong, harus dirunut sumber permasalahannya secara komperehensif, dirumuskan satu-satu secara bertahap metode penyelesaiannya dan baru kemudian perencanaan tahapan perbaikannya. Pada artikel sebelumnya kita sudah mengetahui Bagaimana Cara Mensterilkan Jalur Busway, baru kemudian setelah jalur yang steril sudah tercipta, kita bisa mulai memfokuskan pada peningkatan kenyamanan penumpang. Yang bisa kita rangkum dalam Standar Minimal Pelayanan Transjakarta.

Setelah 2 poin utama tersebut terpenuhi, tahap berikutnya yang bisa kita lakukan adalah pengembangan Transjakarta. Transjakarta tidak harus selamanya berbentuk Bus. Di masa yang akan datang busway bisa digantikan dengan jenis public transport berbasis rel (LRT- Light Rail Transit)  seperti tram. Tidak harus frontal langsung digantikan seluruhnya, tetapi kita bisa memulainya secara bertahap dari 1-2 koridor dahulu, kemudian menyusul ke koridor koridor berikutnya.
Transportasi berbasis rel terbukti lebih efisien cepat dan nyaman dibandingkan transportasi tunggal jalan raya seperti mobil ataupun bus. Sistem LRT jauh lebih unggul, nyaman, praktis dan efektif dibanding bus karena sudah ada jalurnya sendiri yang konsisten. Rail dan tikungan pada beberapa titik persimpangan sudah diatur sedemikian rupa, angle dan jarak antar platform ke pintu tram juga akan selalu konsisten dan tidak akan berubah rubah. Berbeda halnya dengan bus di mana sang sopir harus bermanufer manual setiap kali mendekati bibir halte.

Dengan digantinya busway menjadi Tram, waktu tempuh akan jauh terpangkas, penumpang akan merasa lebih nyaman karena dengan menggunakan sistem rel tidak akan ada lagi keluhan jalan bergelombang, rangkaian pun bisa dengan mudah ditambahkan secara memanjang sehingga kapasitas pun menjadi bertambah. Apalagi LRT akan menjadi gambaran transportasi hijau sesungguhnya dibandingkan program konsep mobil murah yang diajukan SBY. Karena seperti yang sudah kita ketahui bersama tram sendiri berbahan bakar nonfosil,  100% ramah lingkungan dan tidak berasap.
Perbedaan kontras sistem bus dan LRT lainnya adalah waktu loading penumpang baik naik dan turun bisa 20-30 detik lebih singkat, karena pada sistem LRT sudah bisa diatur lebih presisi titik berhentinya, ditambah pula faktor lebar dan jumlah pintu yang lebih banyak dari bus.
Dari segi nilai investasi, LRT juga tidak mahal. Harga 2-3M per rangkaian namun memiliki umur pemakaian puluhan tahun lebih lama. Rangkaian bisa kita pesan di PT Inka Madiun, produksi dalam negeri bukan impor! 

Lihat busway busway kita produksi Korea pada koridor 6 misalnya. Busway Dukuh Atas–Ragunan ini sudah renta. Setiap kali bus berjalan kaca berguncang dan penuh bunyi bunyi baut kendor pada seluruh badywork-nya. Ini MENGERIKAN ! Padahal usia bisnya belum sampai 10 tahun.
Kira kira berapa umur Tram? Tram antik seperti yang bisa kita naiki di San Fransisco sudah berumur 100 tahun dan pada hari ini masih memikat penduduk dan wisatawan! 

Hal menarik berikutnya adalah evolusi dari bus ke tram ini tidak harus dilakukan dengan wujud rangkaian tram dengan bentuk dan warna seragam di seluruh koridornya. Misalnya Tram gandeng dua rangkaian atau lebih tentu saja cocok dengan kondisi jalan koridor 1 blok M – Harmoni. Sedangkan untuk koridor 4 Pulo Gadung- Dukuh atas tentu lebih cocok dengan jenis tram tunggal mengingat koridor ini banyak melewati jalan yang lebih sempit. 

Untuk koridor 12 Pluit - Tanjung Priok misalnya, kita bisa memilih menggunakan model tram berjenis double decker dengan lantai atas semi terbuka karena tram ini melewati kawasan Kota Tua, sehingga akan menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk ikut menggunakan tram transjakarta ini.Varian berbagai jenis tram inilah yang nantinya justru akan membuat transjakarta penuh warna dan makin dicintai warga Jakarta.

Jadi bagaimana? Menarik bukan?
Saat sudah tergantikan menjadi moda transportasi berbasis rel, secara teknis transjakarta tidak memerlukan aspal lagi. Rel ini dalam beberapa kondisi bisa kita kombinasikan dengan material yang lebih ramah lingkungan seperti contohnya grassblock ataupun full rumput. Dengan jalur transjakarta yang berupa rel dan rumput sudah tentu akan 100% steril karena kendaraan pribadi akan berpikir dua kali jika ingin melewatinya.

Last Post:
Masa Depan Transjakarta #1 : Menciptakan Design Jalur Busway Yang Steril
Masa Depan Transjakarta #2 : Standar Pelayanan Minimal





No comments:
Write comments

Artikel Menarik Lainnya

loading...