Sejarah Italia mengenal perang saudara antara Guelf dan Ghibellin. Keluarga Guelf dan keluarga Ghibellin berperang karena perbedaan pendapat diantara keduanya; Guelf mendukung Paus untuk menjadi penguasa Italia, sementara Ghibellin merupakan pendukung setia Kaisar Romawi Suci. Peperangan keduanya terjadi sejak abad ke-11 dan baru berakhir sekitar abad ke-15.
Perang lahir ketika Frederick Barbarossa, seorang militer, memimpin Italia. Saat Frederick yang memiliki keturunan Kaisar hendak memperluas kerajaannya, ia mendapatkan perlawanan dari Lega Lombarda, aliansi abad pertengahan yang merupakan pendukung Paus, yang ingin mempertahankan kebebasan di kota-kota utara Italia.
Guelf cenderung berasal dari keluarga kaya raya hasil dari ekonomi kota, sedangkan Ghibellin didominasi keluarga kaya raya hasil dari perkebunan dan pertanian. Bagi Guelf, Kaisar merupakan ancaman bagi kepentingan lokal daripada Paus. Sementara itu Ghibellin merasa terancam dengan kota-kota Kepausan. Perang di antara keduanya ini membuat politik Italia bergejolak dan hal itu berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
Di kota Milan pun perselisihan Guelf dan Ghibellin terjadi. Kedua belah pihak saling menggulingkan untuk memperebutkan kekuasaan kota. Perbedaan pendapat di antara keduanya semakin kentara ketika pada abad ke-15 Guelf mendukung Prancis yang melancarkan invasi pada Perang Italia, melawan kerajaan Italia pimpinan Kaisar Maximillian I.
Peperangan yang berlangsung cukup lama ini memperluas persaingan politik. Guelf vs Ghibellin tidak lagi menjadi topik utama karena mulai banyak pihak-pihak baru yang mengincar kekuasaan. Keduanya konon disebut telah berdamai sejak Paus Paulus V (1605) yang memimpin Italia mengangkat seorang Ghibellin menjadi salah satu kepala Kepausannya.
Walau begitu, meski Guelf vs Ghibellin sudah usang dalam persaingan politik Italia, wujud persaingan keduanya menjadi abadi karena persaingan antara AC Milan dan Internazionale Milan. Latar belakang kedua kesebelasan yang berbeda, dengan kesuksesan di sepakbola Italia yang tak jauh berbeda, melandasi pertemuan keduanya, yang dikenal dengan Derbi Della Madonnina, sering dikait-kaitkan dengan Guelf vs Ghibellin.
AC Milan berdiri pada 1899 dan menjadi salah satu kesebelasan tertua Italia. Inter sendiri berdiri hampir 10 tahun setelah adanya Milan. Berdirinya Inter tak lepas dari permasalahan internal di antara manajemen Milan tentang penggunaan pemain asing. Karena dua tujuan yang berbeda inilah dua kesebelasan memiliki rivalitas yang cukup kental.
Tidak hanya di sepakbola, rivalitas AC Milan dan Inter juga menyinggung aspek politik dan sosial. Ultras Milan dikenal sebagai pendukung politik sayap kiri Ultras Inter dikenal sebagai pendukung politik sayap kanan.
Milan dianggap mewakili Ghibellin karena pendukung mereka kebanyakan masyarakat kelas bawah yang bekerja sebagai buruh. Sementara itu Inter punya ciri khas ala Guelf yang didukung oleh masyarakat golongan menengah ke atas. Maka dari itu Milanista (di Italia tentunya) lebih menghargai proses ketimbang Interista yang benar-benar menuntut prestasi.
Elena Pigozzi yang menulis buku Come Difendersi dai Milanese atau yang berarti Bagaimana caranya untuk bertahan dari orang Milan menyebutkan bahwa orang Milan (termasuk pendukung AC Milan dan Inter Milan) adalah orang yang mendukung timnya masing-masing dengan bangga.
"Orang Milan adalah wakil dari diri manusia. Begitu banyak hati meskipun terkadang otak mereka kecil. Itu benar. Tapi bahu mereka lebar, menanggung segalanya. Mereka adalah yang mendukung dengan bangga tim mereka, bahkan jika mereka kalah," tulis Pigozzi pada buku yang terbit pada 2004 tersebut.
"Interista lebih dermawan; selalu merasa menderita sebelum 90 menit berakhir. Meskipun (Inter) pada menit ke-80 menang 3-0, mereka tetap khawatir terjadinya come-back atau adanya tendangan penalti di akhir pertandingan."
"Jika Milan bermain buruk selama 85 menit dan mencetak gol pada menit ke-90, Milanista akan kembali ke rumah dan bahagia; karena timnya berhasil. Tapi Interista ditakuti pemainnya. Jika Inter bermain buruk, mereka bersiul, menghina bahkan bersorak untuk tim lawan meskipun Inter mencetak gol di menit akhir. Pemainnya dibayar untuk bermain, bukan untuk hiburan."
Garis besar dari pandangan Pigozzi terhadap Milan dan Inter adalah mereka punya pendukung yang loyal. Meski berasal dari satu kota, ada jiwa yang berbeda pada pendukung masing-masing kesebelasan, terlepas dari seperti apa perbedaan kedua pendukung kesebelasan. Bagaimanapun, pendukung adalah pemain ke-12 bagi klub.
Milan dan Inter sendiri termasuk sebagai klub sukses di Italia. Milan dan Inter sama-sama punya 30 trofi domestik dengan sama-sama meraih 18 trofi Serie A. Yang membedakan, yang membuat Milan dianggap lebih berhasil, I Rossoneri tercatat punya 7 gelar juara Liga Champions (terbanyak kedua di Eropa), sementara Inter baru tiga. Total Milan telah meraih 18 trofi non-domestik, sementara Inter 9 piala saja.
Oleh karena itulah derbi della Madonnina yang mempertemukan Milan dan Inter selalu menjadi derbi panas dan sarat gengsi. Pada pertandingan yang digelar di Stadion Giuseppe Meazza (San Siro) yang berkapasitas 80 ribu penonton ini, selain mempertemukan dua kesebelasan besar Italia, kedua kesebelasan (juga pendukungnya) punya latar belakang yang berlawanan.
No comments:
Write comments