Sebelum ane membahas apa yang ingin ane sampaikan, kita perlu bertepuk tangan dengan kualitas perfilman Indonesia yang semakin maju, kita bisa tengok kualitas film-film orang kita, ga kalah bagus dari punya orang luar, ane harap agan pada setuju.
Ya sebagai contoh untuk filmnya si Mas Joko yang mendunia hingga sampai ke banyak negara, dan juga film Indie dari anak bangsa yang berjudul Tengkorak, itu merupakan kualitas film dunia kalo menurut ane.
Walaupun itu semua tergantung selera, tapi penghargaan kadang ga bisa bohong juga kan hehe. Kalo ada yang masih jelek-jelekin film Indonesia, berarti perlu banyak nonton lagi nih biar bisa tahu kualitas kita.
Okelah, kita masuk ke pembahasan aja ye, karena ane mau fokus untuk membahas film biografi. Menurut ane Based on true story is awesome movie "selara ya gan"
--------
Sebuah film tidak akan sempurna jika segala aspeknya tidak bekerja sama untuk saling membangun sebuah karya yang sempurna. Aktor tidak dapat beracting sendiri tanpa adanya sutradara sebagai leader dalam penggarapan, tim artistik tidak akan berguna jika tidak ada aktor yang memanfaatkan artistik yang ada, sebuah script juga tidak ada gunanya dan belum bisa disebut sebuah drama atau film jika belum ada yang menggarapnya. Begitu pun sutradara, tidak ada apa-apanya jika dia bergerak seorang diri tanpa adanya aktor, produser, tim artistik, dan yang lainnya yang bisa mendukung sebuah proses penggarapan.
Kesuksesan sebuah karya terutama sebuah film bukan sekadar tentang bagaimana aktor itu memerankan sebuah tokoh, tetapi semua aspek akan dinilai oleh para penonton nantinya hingga terbentuk sebuah penilaian baik atau buruknya sebuah film. Walaupun dalam praktinya, terkadang sutradara memeng menjadi kunci utama dalam kesuksesan film, dengan kata lain, seorang sutradara akan mendapat cacian jika sebuah film yang digarapnya tidak mendapat hati bagi para penikmat film, namun sebaliknya terkadang jika sebuah film itu sukses maka para penikmat terkadang melupakan sosok sutradara dan terus memuja sang aktor. Ini tidak salah, karena sangat jelas bahwa sutradara tidak muncul ketika para penonton menikmati karya itu, yang dilihat hanyalah aktor yang berperan. Namun kali ini saya akan coba menilik kesuksesan sebuah film dari segi penggarapan yang dilakukan oleh sutradara terhadap filmnya terutama pada film biografi.
Secara garis besar, film biografi berasal dari kisah nyata seorang tokoh yang memang umumnya bisa dijadikan panutan atau tokoh bersejarah yang memang punya kualitas hidup yang luar biasa. Dalam proses penggarapan sebuah film biografi, sutradara dituntut untuk bisa membawakan segala bentuk konsep yang sesuai dengan apa yang terjadi oleh tokoh aslinya. Oleh karena itu kejelian dari sutradara sangat dipertaruhkan dalam film biografi tersebut.
Berikut ini ada beberapa aspek yang menurut saya sangat penting dan menentukan film biografi itu layak atau tidak
Latar menjadi identitas utama sebuah film bersejarah terutama film biografi, secara visual kita dapat dengan mudah melihat bagaimana perbedaan sebuah kisah yang ada dalam cerita dengan kehidupan kita dengan sebuah gambaran latar yang ciamik. Sutradara yang hebat mampu mengolah latar dari film biografi dengan sangat mendetail. Sebagai contoh, seorang sutradara tidak akan mungkin menggambarkan setting seorang tukang kayu pada zamannya dengan tukang kayu modern jaman sekarang. Selain itu pemilihan ornamen-ornamen atau detail properti menjadi kunci kekuatan latar yang digambarkan oleh film. Kita ambil contoh kisah dari film Jokowi misalnya, jokowi yang saat itu sedang bergurau dengan ayahnya di teras rumah dengan "bale" kayu tentu digambarkan sangat sederhana dengan menyesuaikan tahun terjadinya kisah tersebut, sutradara harus bisa peka terhadap apa yang digunakan sebagai properti, dalam cerita jokowi yang sedang bergurau di teras, tidak mungkin sutradara memaksa si aktor memakai gelas beling yang suka ada di restoran. Untuk itu kejelian si sutradara dalam pemilihan setting sangat penting guna penangkapan persepsi penonton agar terbawa dalam cerita, namun tentunya ada konsultasi dengan tim artistik.
Pertama kali yang kita lihat sebelum menonton film biasanya kita melihat siapa aktor yang memerankan tokoh tersebut? Secara arogan kita menilai bahwa si dia lebih cocok si dia tidak cocok dan harusnya dia. Persepsi subjektif itu terkadang muncul jika memang kita sebagai penikmat film terutama film biografi sangat suka dengan aktor yang mampu mengolah tiap karakter baik dari gerak maupun ekspresi yang detail sesuai dengan tokoh yang digambarkan. Hal ini tentu tidak lepas dari kejelian sutradara dalam memilah aktor yang akan dipakainya. Secara tidak langsung nyatanya banyak sutradara yang tidak melakukan casting terhadap aktor yang ingin digunakannya. Ini sangat bagus jika memang pilihan si sutradara benar-benar tepat. Saya pernah melihat postingan salah satu sutradara yang mengatakan bahwa aktor Radian itu memang gila, dia mampu mengolah karakter sedemikian rupa hingga benar-benar menghilangkan karakter aslinya. Dari postingan sutradara yang tak perlu saya sebutkan inisialnya itu juga didera pertanyaan mengapa lebih sering memakai si aktor R dan jawabannya lebih kepada subjektifitas semata.
Sutradara yang jeli sering kali melihat aktornya terlebih dahulu barulah ia menentukan naskah yang akan dibawakannya. Hal ini bukan tidak mungkin bahwa film yang akan dibawakannya akan semakin memukau karena ia dapat melihat aktor yang tepat untuk tokoh yang diperankan.
Ini terkait setting, namun agak mendetail soal iklim sosial yang dengan kata lain adalah kehidupan bermasyarakat pada masanya. Kita tahu bahwa film biografi pasti mengisahkan tentang sejarah dari tokoh tertentu, dan hal itu biasanya sutradara melakukan flashback time ke jaman dimana si tokoh belum memiliki apa-apa (terkait dengan biografi kesuksesan). Nah flashback inilah yang menjadi nilai yang kuat apakah gambaran yang dilakukan sutradara terhadap situasi pada zamannya utu sesuai atau tidak. Kita coba menilik film Sang Kyai, kita bisa melihat bagaimana jelinya sutradara menggambarkan kehidupan sosial masyarakat islami pada zaman itu, kebiasaan, hingga kostum-kostum yang memang sebagai pakaian wajib di masanya.
Jika segala sesuatunya sudah dipikirkan dengan matang dan jeli, sutradara masih perlu satu hal untuk dilakukan agar apa yang terekam bisa benar-benar membuat penonton terkesan. Observasi! Hal ini bukan hanya dilakukan oleh seorang aktor semata, tetapi suksesnya sebuah film adalah karena kematangan dan kedalaman observasi yang dilakukan oleh sutradara dan juga aktornya.
Aktor mungkin bisa secara lebih terfokus untuk mengobservasi tokoh yang diperankannya seperti gaya dia berjalan, makan, tidur, atau kebiasaan sehari-hari lainnya. Sebagai contoh kita ambil si aktor Rahadian itu ketika dia menjadi seorang Habibie, kita patut mengapresiasi bagaimana observasi yang dilakukannya terhadap pak Habibie dari gesture hingga cara makannya. Atau bisa kita lihat juga aktris P.Nasution yang rela menginap kurang lebih seminggu untuk mengamati bagaimana kehidupan kolong.
Seorang aktor memang sangat perlu mendalami karakter dengan observasi seperti itu. Namun bagi sutradara, observasi tidak menyempit pada hal itu saja. Kesiapan dari film biografinya akan lebih matang jika sutradara mampu melakukan observasi dari segi lingkup sosial, konflik yang pernah terjadi hingga kondisi perubahan tokoh dan lingkungan dari narasumber yang terpercaya atau dokumen-dokumen sejarah lainnya. Maka dari itu saya mengatakan bahwa segalanya akan sukses, namun kesuksesan sebuah film biografi akan lebih bermakna jika sutradara mampu mengobservasi tokoh yang diangkatnya secara mendalam.
Itu dia gan, pendapat ane tentang kesuksesan sebuah film biografi yang menurut ane, film dengan latar kisah nyata jauh lebih mengesankan, karena ane pribadi suka dengan aliran realis.
SUMBER
Ya sebagai contoh untuk filmnya si Mas Joko yang mendunia hingga sampai ke banyak negara, dan juga film Indie dari anak bangsa yang berjudul Tengkorak, itu merupakan kualitas film dunia kalo menurut ane.
Walaupun itu semua tergantung selera, tapi penghargaan kadang ga bisa bohong juga kan hehe. Kalo ada yang masih jelek-jelekin film Indonesia, berarti perlu banyak nonton lagi nih biar bisa tahu kualitas kita.
Okelah, kita masuk ke pembahasan aja ye, karena ane mau fokus untuk membahas film biografi. Menurut ane Based on true story is awesome movie "selara ya gan"
--------
Sebuah film tidak akan sempurna jika segala aspeknya tidak bekerja sama untuk saling membangun sebuah karya yang sempurna. Aktor tidak dapat beracting sendiri tanpa adanya sutradara sebagai leader dalam penggarapan, tim artistik tidak akan berguna jika tidak ada aktor yang memanfaatkan artistik yang ada, sebuah script juga tidak ada gunanya dan belum bisa disebut sebuah drama atau film jika belum ada yang menggarapnya. Begitu pun sutradara, tidak ada apa-apanya jika dia bergerak seorang diri tanpa adanya aktor, produser, tim artistik, dan yang lainnya yang bisa mendukung sebuah proses penggarapan.
Kesuksesan sebuah karya terutama sebuah film bukan sekadar tentang bagaimana aktor itu memerankan sebuah tokoh, tetapi semua aspek akan dinilai oleh para penonton nantinya hingga terbentuk sebuah penilaian baik atau buruknya sebuah film. Walaupun dalam praktinya, terkadang sutradara memeng menjadi kunci utama dalam kesuksesan film, dengan kata lain, seorang sutradara akan mendapat cacian jika sebuah film yang digarapnya tidak mendapat hati bagi para penikmat film, namun sebaliknya terkadang jika sebuah film itu sukses maka para penikmat terkadang melupakan sosok sutradara dan terus memuja sang aktor. Ini tidak salah, karena sangat jelas bahwa sutradara tidak muncul ketika para penonton menikmati karya itu, yang dilihat hanyalah aktor yang berperan. Namun kali ini saya akan coba menilik kesuksesan sebuah film dari segi penggarapan yang dilakukan oleh sutradara terhadap filmnya terutama pada film biografi.
Secara garis besar, film biografi berasal dari kisah nyata seorang tokoh yang memang umumnya bisa dijadikan panutan atau tokoh bersejarah yang memang punya kualitas hidup yang luar biasa. Dalam proses penggarapan sebuah film biografi, sutradara dituntut untuk bisa membawakan segala bentuk konsep yang sesuai dengan apa yang terjadi oleh tokoh aslinya. Oleh karena itu kejelian dari sutradara sangat dipertaruhkan dalam film biografi tersebut.
Berikut ini ada beberapa aspek yang menurut saya sangat penting dan menentukan film biografi itu layak atau tidak
"1. Penyesuaian latar tempat"
LATAR
Latar menjadi identitas utama sebuah film bersejarah terutama film biografi, secara visual kita dapat dengan mudah melihat bagaimana perbedaan sebuah kisah yang ada dalam cerita dengan kehidupan kita dengan sebuah gambaran latar yang ciamik. Sutradara yang hebat mampu mengolah latar dari film biografi dengan sangat mendetail. Sebagai contoh, seorang sutradara tidak akan mungkin menggambarkan setting seorang tukang kayu pada zamannya dengan tukang kayu modern jaman sekarang. Selain itu pemilihan ornamen-ornamen atau detail properti menjadi kunci kekuatan latar yang digambarkan oleh film. Kita ambil contoh kisah dari film Jokowi misalnya, jokowi yang saat itu sedang bergurau dengan ayahnya di teras rumah dengan "bale" kayu tentu digambarkan sangat sederhana dengan menyesuaikan tahun terjadinya kisah tersebut, sutradara harus bisa peka terhadap apa yang digunakan sebagai properti, dalam cerita jokowi yang sedang bergurau di teras, tidak mungkin sutradara memaksa si aktor memakai gelas beling yang suka ada di restoran. Untuk itu kejelian si sutradara dalam pemilihan setting sangat penting guna penangkapan persepsi penonton agar terbawa dalam cerita, namun tentunya ada konsultasi dengan tim artistik.
"2.Kecerdasan Memilih Aktor"
AKTOR YANG TEPAT
Pertama kali yang kita lihat sebelum menonton film biasanya kita melihat siapa aktor yang memerankan tokoh tersebut? Secara arogan kita menilai bahwa si dia lebih cocok si dia tidak cocok dan harusnya dia. Persepsi subjektif itu terkadang muncul jika memang kita sebagai penikmat film terutama film biografi sangat suka dengan aktor yang mampu mengolah tiap karakter baik dari gerak maupun ekspresi yang detail sesuai dengan tokoh yang digambarkan. Hal ini tentu tidak lepas dari kejelian sutradara dalam memilah aktor yang akan dipakainya. Secara tidak langsung nyatanya banyak sutradara yang tidak melakukan casting terhadap aktor yang ingin digunakannya. Ini sangat bagus jika memang pilihan si sutradara benar-benar tepat. Saya pernah melihat postingan salah satu sutradara yang mengatakan bahwa aktor Radian itu memang gila, dia mampu mengolah karakter sedemikian rupa hingga benar-benar menghilangkan karakter aslinya. Dari postingan sutradara yang tak perlu saya sebutkan inisialnya itu juga didera pertanyaan mengapa lebih sering memakai si aktor R dan jawabannya lebih kepada subjektifitas semata.
Sutradara yang jeli sering kali melihat aktornya terlebih dahulu barulah ia menentukan naskah yang akan dibawakannya. Hal ini bukan tidak mungkin bahwa film yang akan dibawakannya akan semakin memukau karena ia dapat melihat aktor yang tepat untuk tokoh yang diperankan.
"3. Memperhatikan detail iklim sosial pada masanya"
PEKA TERHADAP IKLIM SOSIAL
Ini terkait setting, namun agak mendetail soal iklim sosial yang dengan kata lain adalah kehidupan bermasyarakat pada masanya. Kita tahu bahwa film biografi pasti mengisahkan tentang sejarah dari tokoh tertentu, dan hal itu biasanya sutradara melakukan flashback time ke jaman dimana si tokoh belum memiliki apa-apa (terkait dengan biografi kesuksesan). Nah flashback inilah yang menjadi nilai yang kuat apakah gambaran yang dilakukan sutradara terhadap situasi pada zamannya utu sesuai atau tidak. Kita coba menilik film Sang Kyai, kita bisa melihat bagaimana jelinya sutradara menggambarkan kehidupan sosial masyarakat islami pada zaman itu, kebiasaan, hingga kostum-kostum yang memang sebagai pakaian wajib di masanya.
"4. Observasi mendalam terutama untuk tokoh yang diangkat"
OBSERVASI TINGKAT TINGGI
Jika segala sesuatunya sudah dipikirkan dengan matang dan jeli, sutradara masih perlu satu hal untuk dilakukan agar apa yang terekam bisa benar-benar membuat penonton terkesan. Observasi! Hal ini bukan hanya dilakukan oleh seorang aktor semata, tetapi suksesnya sebuah film adalah karena kematangan dan kedalaman observasi yang dilakukan oleh sutradara dan juga aktornya.
Aktor mungkin bisa secara lebih terfokus untuk mengobservasi tokoh yang diperankannya seperti gaya dia berjalan, makan, tidur, atau kebiasaan sehari-hari lainnya. Sebagai contoh kita ambil si aktor Rahadian itu ketika dia menjadi seorang Habibie, kita patut mengapresiasi bagaimana observasi yang dilakukannya terhadap pak Habibie dari gesture hingga cara makannya. Atau bisa kita lihat juga aktris P.Nasution yang rela menginap kurang lebih seminggu untuk mengamati bagaimana kehidupan kolong.
Seorang aktor memang sangat perlu mendalami karakter dengan observasi seperti itu. Namun bagi sutradara, observasi tidak menyempit pada hal itu saja. Kesiapan dari film biografinya akan lebih matang jika sutradara mampu melakukan observasi dari segi lingkup sosial, konflik yang pernah terjadi hingga kondisi perubahan tokoh dan lingkungan dari narasumber yang terpercaya atau dokumen-dokumen sejarah lainnya. Maka dari itu saya mengatakan bahwa segalanya akan sukses, namun kesuksesan sebuah film biografi akan lebih bermakna jika sutradara mampu mengobservasi tokoh yang diangkatnya secara mendalam.
Itu dia gan, pendapat ane tentang kesuksesan sebuah film biografi yang menurut ane, film dengan latar kisah nyata jauh lebih mengesankan, karena ane pribadi suka dengan aliran realis.
SUMBER
No comments:
Write comments