Pagi GOoners...
Terlepas dari hasil UEL td malem, seneng donk ya,, haha...
Ane gatel ni mo nulis di mari, ane mo bahas ini nih, kmaren2 tuh trit mngenai Arsenal HT ya,
yg ane ambil dr laman yg diketahui sumbernya..
Siapa pun yang menyaksikan Premier League musim 2003/04 tentu tahu akan hal itu.
Itulah musimnya The Invincibles, musim saat Arsenal tak terkalahkan – mereka bermain 38 kali, menang 26 kali, imbang 12 kali, dan tak sekalipun kalah. Mereka mencetak 73 gol, kebobolan 26 gol, dan mengumpulkan 90 poin. Itulah musim saat apapun yang disentuh Thierry Henry berubah menjadi emas; musim ketika ia menjadi pemain Arsenal yang paling tak tertandingi. Itulah musim saat ia dikelilingi oleh pemain-pemain seperti Patrick Vieira, Robert Pires, dan Dennis Bergkamp, namun mereka semua hanya memainkan peran pendukung saat Henry mendorong timnya untuk memastikan gelar juara dengan empat pertandingan yang tersisa.
Sepanjang musim itu, ia mencetak 44 gol untuk klub dan negaranya di semua kompetisi ia bermain. Di Premier League saja, ia mencetak 30 gol – atau 41 persen dari 73 gol Arsenal. Barisan pertahanan lawan tahu apa yang akan terjadi dan dari mana ancaman itu datang – Henry sering kali bermain dari sayap kiri Arsenal – tetapi mereka semua tak berdaya untuk menahan Henry mencetak gol-gol yang tak masuk akal. Musim itu, Henry menjadi pencetak gol paling alami di planet ini; gol-golnya itu merupakan gol-gol yang paling indah.
Musim berikutnya, ia mencetak 17 gol lagi, kemudian 25 gol, lalu 27 gol. Dan pada awal musim 2003/04, Henry telah berkembang menjadi penyerang lengkap, yang menggabungkan kondisi fisiknya dengan sentuhan, teknik dan sikap dinginnya, dan juga insting klinisnya. Ia mencetak gol pada hari pembukaan musim melawan Everton, dan sekali lagi pada hari terakhir di musim itu melawan Leicester, yang membuatnya mengakhiri musim gemilangnya dengan performa di atas rekan-rekannya. Tapi bukan hanya jumlah gol – termasuk trigol melawan Liverpool, empat gol melawan Leeds dan menghasilkan beberapa dwigol lebih banyak dari Jocky Wilson. Kualitas estetika dari gol-gol Henry lah yang membuatnya istimewa.
Pada musim 2003/04, tim Arsenal yang diasuh Wenger sangat bergantung pada kemampuan pemain Prancis ini untuk bermain dengan kecepatan yang menakjubkan, yang membuat darah pemain belakang terbaik pun mendidih. Arsenal saat itu memiliki pertahanan mereka yang paling berbahaya, dan membuat Henry bisa bebas berlari dengan liar saat mereka memenangkan bola kembali.
Penyelesaian akhir yang halus
Tapi ia juga lebih dari sekedar pencetak gol belaka. Pada musim 2002/03 ia mencetak 32 di semua pertandingan dan membuat 23 assist, mengungguli Ryan Giggs yang terpaut lima asis. Musim berikutnya, ia menjadi lebih tajam lagi namun masih bisa menghasilkan 11 kali asis. Pada musim setelahnya, ia mencatatkan 30 gol dan 15 asis.
Puncak kualitas Henry terjadi saat Arsenal bertanding di San Siro; dalam pertandingan Liga Champions melawan Inter Milan di mana Arsenal tak punya pilihan selain menang, setelah mereka kalah telak 3-0 di Highbury.
Sepakbola Italia saat itu lebih baik dari sekarang, tapi kebanyakan tim dibangun bukan untuk memberikan hiburan agar tim mereka tak kebobolan. Meski begitu, pada tanggal 25 November 2003, Arsenal mampu membuka pertahanan lawannya dengan sesuka hati. Henry mencetak dua gol, dan gol keduanya adalah gol yang menakjubkan, lalu ia menjadi kreator dua gol lainnya untuk melengkapi kemenangan 5-1 yang luar biasa.
Inter Milan vs Arsenal
Ia bilang ia tak pernah menyaksikan ulang pertandingan yang ia jalani di TV, tapi malam itu ia membuat pengecualian. "Satu-satunya pertandingan yang saya saksikan adalah saat bertandang melawan Inter Milan," katanya. "Karena itu sangat istimewa."
Dan pertandingan itu memang istimewa. Jika Eropa dan dunia perlu diberitahu pada saat itu bahwa mereka sedang menyaksikan pesepakbola terbaik di Premier League dan di planet ini, Henry dengan senang hati melakukannya.
Tentu saja Arsenal gagal memenangkan Liga Champions, namun mereka merebut gelar juara liga secara meyakinkan, 11 poin lebih banyak dari Chelsea, dan Henry berhasil dinobatkan sebagai PFA Players" Player of the Year alias Pemain Terbaik Pemain PFA untuk kedua kalinya secara berturut-turut.
No comments:
Write comments