Abad Kegelapan (Dark Age) adalah periode historis yang secara tradisional mengacu pada Abad Pertengahan (Medieval) yang menegaskan bahwa terjadi kemerosotan demografi, budaya, dan ekonomi di Eropa Barat setelah kejatuhan Kekaisaran Romawi.
Asal mula Dark Age
Istilah ini menggunakan terminology cahaya lawan kegelapan tradisional untuk membedakan era "kegelapan" (kurangnya catatan) dengan periode "cahaya" yang berkembang sebelumnya (Zaman Romawi kuno) hingga kemudian diakhiri oleh zaman Renaissenance. Konsep "Zaman Kegelapan" berasal dari tahun 1330-an, disebutkan oleh seorang sarjana Italia, Petrarch, yang menganggap keadaan abad pasca-Romawi sebagai "abad kegelapan" dibandingkan dengan cahaya zaman kuno klasik. Frasa "Dark Age" sendiri berasal dari bahasa Latin, saeculum obscurum, awalnya diterapkan oleh Caesar Baronius pada tahun 1602 untuk menyebut periode yang penuh gejolak di abad ke 10 dan 11. Konsep tersebut kemudian diadaptasi menjadi ciri khas bahwa seluruh Abad Pertengahan sebagai masa kegelapan intelektual, zaman antara kejatuhan Roma dan Renaisans pemikiran ini menjadi semakin populer pada Abad Pencerahan di abad ke-18.
Ketika ditemukan bukti bahwa pencapaian dizaman dark age pada umumnya tidaklah seburuk yang diprasangkakan oleh orang-orang sebelumnya, para sarjana mulai membatasi sebutan "Abad Kegelapan" pada Abad Pertengahan Awal (sekitar abad ke-5 hingga 10). Mayoritas para kaum terpelajar modern menghindari istilah dark age sama sekali karena konotasinya yang negatif dan mereka menemukan fakta bahwa anggapan tentang dark age itu menyesatkan dan tidak akurat sama sekali. Ironisnya definisi asli itu tetap populer digunakan hingga sekarang, bahkan budaya populer sering menggunakan istilah dark age sebagai muatan untuk menggambarkan Abad Pertengahan sebagai waktu yang penuh dengan keterbelakangan.
Bila dikatakan periode Medieval belum secanggih abad pencerahan mungkin ada benarnya, namun bila dikatakan bahwa periode abad pertengahan sebagai abad "Kegelapan" yang isinya hanya kemunduran dan kebodohan maka hal tersebut hanyalah mitos belaka.
Bila memang abad pertengahan itu sedemikian "Gelapnya" maka disneyland-disneyland (Castle) indah yang jumlahnya ratusan hingga ribuan yang terbentang luas dihampir seluruh daratan eropa saat itu tidak akan mungkin bisa dibangun oleh mereka yang "katanya" pengetahuannya sangat minim, belum lagi gereja-gereja besar nan megah yang berhasil dibangun oleh orang-orang di abad tersebut.
Sumber
Sumber
Sumber
Sumber
SUMBER
Terminology Dark Age
Asal mula Dark Age
Penggambaran dark age
Istilah ini menggunakan terminology cahaya lawan kegelapan tradisional untuk membedakan era "kegelapan" (kurangnya catatan) dengan periode "cahaya" yang berkembang sebelumnya (Zaman Romawi kuno) hingga kemudian diakhiri oleh zaman Renaissenance. Konsep "Zaman Kegelapan" berasal dari tahun 1330-an, disebutkan oleh seorang sarjana Italia, Petrarch, yang menganggap keadaan abad pasca-Romawi sebagai "abad kegelapan" dibandingkan dengan cahaya zaman kuno klasik. Frasa "Dark Age" sendiri berasal dari bahasa Latin, saeculum obscurum, awalnya diterapkan oleh Caesar Baronius pada tahun 1602 untuk menyebut periode yang penuh gejolak di abad ke 10 dan 11. Konsep tersebut kemudian diadaptasi menjadi ciri khas bahwa seluruh Abad Pertengahan sebagai masa kegelapan intelektual, zaman antara kejatuhan Roma dan Renaisans pemikiran ini menjadi semakin populer pada Abad Pencerahan di abad ke-18.
Petrarch, dia lah yang menyebabkan masa itu disebut "Gelap"
Ketika ditemukan bukti bahwa pencapaian dizaman dark age pada umumnya tidaklah seburuk yang diprasangkakan oleh orang-orang sebelumnya, para sarjana mulai membatasi sebutan "Abad Kegelapan" pada Abad Pertengahan Awal (sekitar abad ke-5 hingga 10). Mayoritas para kaum terpelajar modern menghindari istilah dark age sama sekali karena konotasinya yang negatif dan mereka menemukan fakta bahwa anggapan tentang dark age itu menyesatkan dan tidak akurat sama sekali. Ironisnya definisi asli itu tetap populer digunakan hingga sekarang, bahkan budaya populer sering menggunakan istilah dark age sebagai muatan untuk menggambarkan Abad Pertengahan sebagai waktu yang penuh dengan keterbelakangan.
Seni, Melek huruf dan kebudayaan
Dark Age dalam bidang seni dan tulisan
Pada tahun-tahun setelah 476 M, berbagai bangsa Jerman menaklukkan bekas Kekaisaran Romawi di Barat (termasuk Eropa dan Afrika Utara), menyingkirkan dan menghancurkan tradisi Romawi kuno demi kepentingan mereka sendiri. Pandangan negatif dari apa yang disebut sebagai "Abad Kegelapan" menjadi populer terutama karena sebagian besar catatan tertulis tentang waktu itu (termasuk St. Jerome dan St. Patrick pada abad kelima, Gregory of Tours abad keenam dan Bede di kemudian) memiliki bias Roma-sentris yang dominan.
Sementara itu memang benar bahwa inovasi seperti bangunan beton Romawi hilang saat itu, dan tingkat melek huruf tidak setinggi Abad awal seperti di Romawi kuno. ide tentang "Abad Kegelapan" sendiri berasal dari sarjana yang lahir dikemudian hari seperti Petrarch, yang melihat kebudayaan Yunani kuno dan Roma kuno sebagai puncak pencapaian dalam peradaban manusia. Dia juga berpendapat bahwa "Dark Age" tidak ada pemimpin besar yang muncul, tidak ada pencapaian ilmiah yang dibuat dan tidak ada hasil seni indah yang dihasilkan.
Namun nyatanya hubungan antara buta huruf dengan ketidaktahuan adalah fenomena yang relatif modern. Untuk sebagian besar periode abad pertengahan dan seterusnya, sebagian besar informasi ditransmisikan secara lisan dan disimpan melalui ingatan. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat Anglo-Saxon di abad-abad itu, mereka dapat mengingat segala sesuatu mulai dari mengurus tanah, peraturan perkimpoian, dan tentunya memiliki puisi-puisi yang sangat epic. Bahkan seorang "Scop" atau minstrel (profesi yang mirip penyair) dapat melafalkan puisi-puisi yang epik selama beberapa hari, menunjukkan kondisi mental yang sangat canggih. Juga dengan pembangunan sejumlah biara, keaksaraan sebagian besar diukir di dalam tembok-tembok biara. Namun di tempat-tempat lain seperti tempat para kaum suci di Lindisfarne, para biarawan mampu menciptakan teks-teks teologis yang canggih, dan manuskrip yang luar biasa.
Pada tahun-tahun setelah 476 M, berbagai bangsa Jerman menaklukkan bekas Kekaisaran Romawi di Barat (termasuk Eropa dan Afrika Utara), menyingkirkan dan menghancurkan tradisi Romawi kuno demi kepentingan mereka sendiri. Pandangan negatif dari apa yang disebut sebagai "Abad Kegelapan" menjadi populer terutama karena sebagian besar catatan tertulis tentang waktu itu (termasuk St. Jerome dan St. Patrick pada abad kelima, Gregory of Tours abad keenam dan Bede di kemudian) memiliki bias Roma-sentris yang dominan.
Panel dari Salib Ruthwell menunjukkan Yesus dengan Maria Magdalena, dan bagian-bagian rahasia dari "The Dream of the Rood", berasal dari abad ke-8, Ruthwell Church, Dumfriesshire.
Sementara itu memang benar bahwa inovasi seperti bangunan beton Romawi hilang saat itu, dan tingkat melek huruf tidak setinggi Abad awal seperti di Romawi kuno. ide tentang "Abad Kegelapan" sendiri berasal dari sarjana yang lahir dikemudian hari seperti Petrarch, yang melihat kebudayaan Yunani kuno dan Roma kuno sebagai puncak pencapaian dalam peradaban manusia. Dia juga berpendapat bahwa "Dark Age" tidak ada pemimpin besar yang muncul, tidak ada pencapaian ilmiah yang dibuat dan tidak ada hasil seni indah yang dihasilkan.
The Franks Casket, diukir pada tulang ikan paus, dengan puisi rahasia dan menunjukkan adegan kelahiran dan balas dendam Weland, c700. (Museum Inggris)
Namun nyatanya hubungan antara buta huruf dengan ketidaktahuan adalah fenomena yang relatif modern. Untuk sebagian besar periode abad pertengahan dan seterusnya, sebagian besar informasi ditransmisikan secara lisan dan disimpan melalui ingatan. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat Anglo-Saxon di abad-abad itu, mereka dapat mengingat segala sesuatu mulai dari mengurus tanah, peraturan perkimpoian, dan tentunya memiliki puisi-puisi yang sangat epic. Bahkan seorang "Scop" atau minstrel (profesi yang mirip penyair) dapat melafalkan puisi-puisi yang epik selama beberapa hari, menunjukkan kondisi mental yang sangat canggih. Juga dengan pembangunan sejumlah biara, keaksaraan sebagian besar diukir di dalam tembok-tembok biara. Namun di tempat-tempat lain seperti tempat para kaum suci di Lindisfarne, para biarawan mampu menciptakan teks-teks teologis yang canggih, dan manuskrip yang luar biasa.
Seorang Minstreal sedang menghibur raja dengan puisi dan musik
Monarki, Agama dan Masyarakat
Otoritas Agama dimasyarakat dan negara
Periode awal abad pertengahan dicirikan dengan kepatuhan luas terhadap agama Kristen. Namun, ada banyak variasi agama sebenarnya, bahkan gereja Kristen sendiri adalah sebuah entitas yang beragam dan rumit. Di utara, Skandinavia dan sebagian Jerman, masyarakat luas masih banyak yang menganut paganisme Jermanik hingga Islandia meng convert agama masyarakat menjadi Kristen pada tahun 1000an, namun nafas-nafas tradisi agama tradisional terus berlanjut.
Hubungan antara Agama dan Gerejapun tidak se otoriter yang kita bayangkan. Semenjak keruntuhan Roma, Eropa pada Abad Pertengahan Awal tidak ada lagi kerajaan besar atau struktur politik utama yang menjadi kekuatan tunggal, terlepas dari periode singkat masa pemerintahan Kaisar Frank Charlemagne. Sebaliknya, Gereja Abad Pertengahan tumbuh menjadi institusi yang kuat di Eropa.
Raja, ratu, dan penguasa lainnya selama periode awal abad pertengahan menjalankan banyak otoritas dan kekuatan mereka bersama dengan Gereja. Munculnya kepausan yang kuat, dimulai dengan Gregorius Agung (paus dari 590 hingga 604) menandakan bahwa raja-raja Eropa tidak dapat memonopoli kekuasaan mereka sendiri, tidak seperti pada zaman Kekaisaran Romawi. Pembatas kekuasaan para raja ini akan berlanjut hingga Abad Pertengahan Tinggi, dan menjadi awal dari tonggak-tonggak pembatasan seperti Magna Carta dan kelahiran Parlemen Inggris.
Misionaris diantara bangsa Viking
Periode awal abad pertengahan dicirikan dengan kepatuhan luas terhadap agama Kristen. Namun, ada banyak variasi agama sebenarnya, bahkan gereja Kristen sendiri adalah sebuah entitas yang beragam dan rumit. Di utara, Skandinavia dan sebagian Jerman, masyarakat luas masih banyak yang menganut paganisme Jermanik hingga Islandia meng convert agama masyarakat menjadi Kristen pada tahun 1000an, namun nafas-nafas tradisi agama tradisional terus berlanjut.
Telur Paskah, salah satu tradisi pagan yang diserap dalam budaya Kristen, disamping pohon natal dan lainnya
Hubungan antara Agama dan Gerejapun tidak se otoriter yang kita bayangkan. Semenjak keruntuhan Roma, Eropa pada Abad Pertengahan Awal tidak ada lagi kerajaan besar atau struktur politik utama yang menjadi kekuatan tunggal, terlepas dari periode singkat masa pemerintahan Kaisar Frank Charlemagne. Sebaliknya, Gereja Abad Pertengahan tumbuh menjadi institusi yang kuat di Eropa.
Kedua institusi yang selalu membatasi kekuasaan satu sama lain
Raja, ratu, dan penguasa lainnya selama periode awal abad pertengahan menjalankan banyak otoritas dan kekuatan mereka bersama dengan Gereja. Munculnya kepausan yang kuat, dimulai dengan Gregorius Agung (paus dari 590 hingga 604) menandakan bahwa raja-raja Eropa tidak dapat memonopoli kekuasaan mereka sendiri, tidak seperti pada zaman Kekaisaran Romawi. Pembatas kekuasaan para raja ini akan berlanjut hingga Abad Pertengahan Tinggi, dan menjadi awal dari tonggak-tonggak pembatasan seperti Magna Carta dan kelahiran Parlemen Inggris.
Pertanian Abad Pertengahan
Pertanian Abad Pertengahan
Sebelum Abad Pertengahan Awal, kemakmuran pertanian Eropa sebagian besar hanya terbatas di selatan, di mana tanah berpasir, kering dan gembur sangat cocok untuk jenis bajak yang paling awal. Tetapi penemuan bajak besar yang dapat mengolah tanah yang jauh lebih subur di lapisan bawah tanah menggembleng pertanian Eropa Utara pada abad ke-10. Inovasi kunci lainnya dari periode ini adalah kuda. Kuda terbukti jauh lebih kuat dan efektif daripada lembu, dan kerah kuda akan merevolusi system pertanian dan transportasi. Penggunaan sepatu kuda logam telah menjadi praktik umum pada tahun 1000 AD.
Para ilmuwan juga percaya suatu periode yang disebut Medieval Warm. Periode itu berlangsung dari tahun 900 hingga 1300, di mana dunia mengalami kondisi yang relatif hangat. Ini terutama berlaku untuk Belahan Bumi Utara, membentang dari Greenland ke arah timur melalui Eropa. Dikombinasikan dengan kemajuan utama dalam teknologi pertanian, cuaca yang tidak biasa itu tampaknya telah memicu ledakan pertanian pada periode tersebut.
Sebelum Abad Pertengahan Awal, kemakmuran pertanian Eropa sebagian besar hanya terbatas di selatan, di mana tanah berpasir, kering dan gembur sangat cocok untuk jenis bajak yang paling awal. Tetapi penemuan bajak besar yang dapat mengolah tanah yang jauh lebih subur di lapisan bawah tanah menggembleng pertanian Eropa Utara pada abad ke-10. Inovasi kunci lainnya dari periode ini adalah kuda. Kuda terbukti jauh lebih kuat dan efektif daripada lembu, dan kerah kuda akan merevolusi system pertanian dan transportasi. Penggunaan sepatu kuda logam telah menjadi praktik umum pada tahun 1000 AD.
Bajak kuda
Para ilmuwan juga percaya suatu periode yang disebut Medieval Warm. Periode itu berlangsung dari tahun 900 hingga 1300, di mana dunia mengalami kondisi yang relatif hangat. Ini terutama berlaku untuk Belahan Bumi Utara, membentang dari Greenland ke arah timur melalui Eropa. Dikombinasikan dengan kemajuan utama dalam teknologi pertanian, cuaca yang tidak biasa itu tampaknya telah memicu ledakan pertanian pada periode tersebut.
Mitos tentang Ilmu pengetahuan mandek
Mitos ilmu pengetahuan minim
Di antara semua mitos yang populer tentang "Abad Kegelapan" adalah gagasan bahwa gereja Kristen abad pertengahan menekan para ilmuwan, melarang tindakan seperti otopsi dan diseksi dan pada dasarnya menghentikan semua kemajuan ilmiah. Bukti sejarah tidak mendukung gagasan tersebut, kemajuan ilmu pengetahuan mungkin lebih lambat di Eropa Barat selama Abad Pertengahan Awal, tetapi hal itu dinilai stabil dan nyatanya justru masa itu adalah peletakan dasar untuk kemajuan masa depan di periode berikutnya nanti.
Pada saat yang sama, dunia Islam mengalami kemajuan dalam ilmu matematika dan ilmu pengetahuan, mereka berhasil membangun fondasi ilmu tersebut dari teks Yunani dan teks kuno lainnya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Terjemahan Latin "Buku Ringkas Perhitungan dengan Penyelesaian dan Penyeimbangan," oleh astronom Persia abad kesembilan dan matematikawan al-Khwarizmi (sekitar 780-c. 850) akan memperkenalkan Eropa pada aljabar, termasuk solusi sistematis pertama dari persamaan linear dan kuadrat. Versi Latin dari nama al-Khawarizmi adalah "algoritma."
Di antara semua mitos yang populer tentang "Abad Kegelapan" adalah gagasan bahwa gereja Kristen abad pertengahan menekan para ilmuwan, melarang tindakan seperti otopsi dan diseksi dan pada dasarnya menghentikan semua kemajuan ilmiah. Bukti sejarah tidak mendukung gagasan tersebut, kemajuan ilmu pengetahuan mungkin lebih lambat di Eropa Barat selama Abad Pertengahan Awal, tetapi hal itu dinilai stabil dan nyatanya justru masa itu adalah peletakan dasar untuk kemajuan masa depan di periode berikutnya nanti.
Pada saat yang sama, dunia Islam mengalami kemajuan dalam ilmu matematika dan ilmu pengetahuan, mereka berhasil membangun fondasi ilmu tersebut dari teks Yunani dan teks kuno lainnya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Terjemahan Latin "Buku Ringkas Perhitungan dengan Penyelesaian dan Penyeimbangan," oleh astronom Persia abad kesembilan dan matematikawan al-Khwarizmi (sekitar 780-c. 850) akan memperkenalkan Eropa pada aljabar, termasuk solusi sistematis pertama dari persamaan linear dan kuadrat. Versi Latin dari nama al-Khawarizmi adalah "algoritma."
Kerajaan kuat di era "Dark Age"
Carolingian
Karl, putra Pepin the Short, mewarisi kerajaan Frank dengan saudara laki-lakinya Carloman ketika Pepin meninggal pada tahun 768. Carloman meninggal beberapa tahun kemudian, dan Karl yang berumur 29 tahun memegang kendali penuh, memulai pemerintahan bersejarahnya sebagai Charlemagne (atau Charles Agung). Lebih dari 50 kampanye militer dilakukannya, pasukannya memerangi Muslim di Spanyol, Bavarians dan Saxon di Jerman utara dan Lombard di Italia, memperluas kekaisaran Frank secara ekspansional. Sebagai wakil dari suku Jermanik pertama yang mempraktikkan agama Katolik, Charlemagne dengan serius menjalankan kewajibannya untuk menyebarkan imannya. Pada tahun 800, Paus Leo III menobatkan Charlemagne sebagai "kaisar Romawi", yang akhirnya berevolusi menjadi gelar Kaisar Romawi Suci.
Charlemagne bekerja keras untuk memperkuat negerinya, ia membangun negara terpusat yang kuat, mendorong kelahiran kembali arsitektur bergaya Romawi, mempromosikan reformasi pendidikan dan memastikan pelestarian teks-teks Latin klasik. Kemajuan utama dari kekuasaan Charlemagne adalah pengenalan naskah tulisan tangan standar, yang dikenal sebagai Carolingian miniscule, dengan inovasi seperti tanda baca, judul dan jarak antar kata, merevolusi bahan bacaan dan menulis, memfasilitasi pembuatan buku dan dokumen lainnya. Meskipun dinasti Carolingia dibubarkan pada akhir abad kesembilan (Charlemagne sendiri meninggal pada 814), warisannya kelak akan menjadi cikal bakal fondasi untuk zaman Renaissance dan kebangkitan budaya lainnya di kemudian hari.
Karl, putra Pepin the Short, mewarisi kerajaan Frank dengan saudara laki-lakinya Carloman ketika Pepin meninggal pada tahun 768. Carloman meninggal beberapa tahun kemudian, dan Karl yang berumur 29 tahun memegang kendali penuh, memulai pemerintahan bersejarahnya sebagai Charlemagne (atau Charles Agung). Lebih dari 50 kampanye militer dilakukannya, pasukannya memerangi Muslim di Spanyol, Bavarians dan Saxon di Jerman utara dan Lombard di Italia, memperluas kekaisaran Frank secara ekspansional. Sebagai wakil dari suku Jermanik pertama yang mempraktikkan agama Katolik, Charlemagne dengan serius menjalankan kewajibannya untuk menyebarkan imannya. Pada tahun 800, Paus Leo III menobatkan Charlemagne sebagai "kaisar Romawi", yang akhirnya berevolusi menjadi gelar Kaisar Romawi Suci.
Charlemagne the Great
Charlemagne bekerja keras untuk memperkuat negerinya, ia membangun negara terpusat yang kuat, mendorong kelahiran kembali arsitektur bergaya Romawi, mempromosikan reformasi pendidikan dan memastikan pelestarian teks-teks Latin klasik. Kemajuan utama dari kekuasaan Charlemagne adalah pengenalan naskah tulisan tangan standar, yang dikenal sebagai Carolingian miniscule, dengan inovasi seperti tanda baca, judul dan jarak antar kata, merevolusi bahan bacaan dan menulis, memfasilitasi pembuatan buku dan dokumen lainnya. Meskipun dinasti Carolingia dibubarkan pada akhir abad kesembilan (Charlemagne sendiri meninggal pada 814), warisannya kelak akan menjadi cikal bakal fondasi untuk zaman Renaissance dan kebangkitan budaya lainnya di kemudian hari.
Carolingian Miniscule
Lingkungan pertanian dengan sebuah Castle megah nan indah
Bila dikatakan periode Medieval belum secanggih abad pencerahan mungkin ada benarnya, namun bila dikatakan bahwa periode abad pertengahan sebagai abad "Kegelapan" yang isinya hanya kemunduran dan kebodohan maka hal tersebut hanyalah mitos belaka.
Bila memang abad pertengahan itu sedemikian "Gelapnya" maka disneyland-disneyland (Castle) indah yang jumlahnya ratusan hingga ribuan yang terbentang luas dihampir seluruh daratan eropa saat itu tidak akan mungkin bisa dibangun oleh mereka yang "katanya" pengetahuannya sangat minim, belum lagi gereja-gereja besar nan megah yang berhasil dibangun oleh orang-orang di abad tersebut.
St Alban Abbey
Sumber
Sumber
Sumber
Sumber
No comments:
Write comments