Monday, June 4, 2018

Zidane dan Buffon : Kepergian dan Kedatangan Seorang Legenda


Zidane dan Buffon : Kepergian dan Kedatangan Seorang Legenda
Pada tahun 2001, rekor transfer baru di dunia sepakbola tercipta. Seorang putra Prancis keturunan Aljazair ditransfer dari Juventus ke Real Madrid, yang sedang membangun Los Galacticos, skuad bertabur bintang, jilid pertama. Dari hasil transaksi fantastis tersebut, La Vecchia Signora mendapatkan seorang kiper berbakat yang akan menjadi legenda hidup klub. Bagaimanakah kisahnya?

Klik gambar untuk menuju sumber gambar

1996 - 1998 : Zizou di Italia
Zidane dan Buffon : Kepergian dan  Kedatangan Seorang Legenda
Pada 1996, Juventus baru saja memenangi trofi kedua Liga Champions dengan mengalahkan Ajax Amsterdam lewat adu penalti. Zinedine Zidane yang saat itu bermain untuk Bordeaux di Liga Prancis ingin bermain di Liga Champions. Zidane sudah ditolak oleh dua klub Liga Inggris, Blackburn Rovers dan Newcastle United. Juventus pun menjadi pelabuhan berikutnya. Dengan mahar 22,96 juta franc atau 6,8 miliar lira atau 3,5 juta euro, Zidane bergabung dengan skuad racikan Marcello Lippi.
Di tahun pertamanya, kontribusi Zidane sebagai gelandang serang bisa dibilang cukup memuaskan. Ia mencetak 5 gol dalam 29 penampilannya di Serie A, tampil 2 kali di Coppa Italia tanpa gol, dan tampil 10 kali di Liga Champions dengan 2 gol. Ia membawa Juventus menjuarai Serie A 1996 / 1997 dan Piala Interkontinental 1996 (cikal bakal Piala Dunia Antarklub) serta menembus final Liga Champions 1996 / 1997 sebelum takluk 1 - 3 dari Borrusia Dortmund. Di masa ini, Zidane berjumpa dengan Gianluigi Buffon, kiper Parma yang akan pindah ke Juventus dengan andil dari transfer Zidane, di ajang Serie A.
Musim berikutnya, 1997 / 1998, Zidane kembali membawa Juventus juara Serie A. Mereka juga kembali tampil di final Liga Champions pada 20 Mei 1998 dan takluk 0 - 1 dari Real Madrid.

Piala Dunia 1998 : Puncak Kesuksesan Zidane
Zidane dan Buffon :  Kepergian dan Kedatangan Seorang Legenda
Kekalahan kedua di final Liga Champions bulan sebelumnya tak membuat Zidane pesimis kala membela timnas Prancis di Piala Dunia 1998 di negeri sendiri. Di fase grup, insiden terjadi kala Prancis berjumpa Arab Saudi pada laga kedua, 18 Juni 1998 di Stade de France. Pada menit ke-71, Zidane yang mendapat tackling dari kapten tim lawan, Fuad Anwar, menginjaknya dan mendapat hadiah kartu merah dari wasit Arturo Carter. Zidane menjadi pemain Prancis pertama yang dikartu merah di Piala Dunia dan melewatkan sisa pertandingan fase grup dan 16 besar. Meskipun demikian, Prancis tetap menang telak 4 - 0 atas Arab Saudi dan menyapu bersih kemenangan di fase grup, selain dengan kemenangan 3 - 0 atas Afrika Selatan pada partai pembuka pada 12 Juni dan 2 - 1 atas Denmark pada 24 Juni.
Ketika ia kembali pada babak perempatfinal, Prancis yang hanya menang 1 - 0 atas Paraguay di 16 besar pada 28 Juni, itu pun dengan gol emas dari Laurent Blanc pada menit ke-114, berjumpa lawan tangguh, Italia pada 3 Juli. Gli Azzuri berhasil memaksa tuan rumah memainkan babak penalti setelah 120 menit tak menghasilkan satu gol pun. Prancis menang 4 - 3 dalam drama penalti dengan Zizou sukses pada percobaan pertama.
Pada semifinal tanggal 8 Juli, Prancis ditantang kuda hitam, Kroasia, dengan penyerang andalannya, Davor Suker. Suker membawa Kroasia unggul lebih dahulu pada menit ke-46, namun langsung dibalas bek Parma, Lillian Thuram, 1 menit kemudian dan menit ke-69. Sampai fase ini, Zidane belum mencetak gol di waktu normal atau babak tambahan.
Babak final pada 12 Juli menjadi saat Zidane mengakhiri nirgolnya. Tak tanggung-tanggung, 2 gol langsung ia lesatkan ke gawang Brazil pada menit ke-27 dan 45+1 sekaligus menjadi bagian dari kemenangan 3 - 0 atas Brazil. Menariknya, dua-duanya adalah gol sundulan sebagai reaksi atas sepak pojok. Zidane pun dapat memegang trofi Piala Dunia untuk kali pertama di Stade de France. Dengan prestasi ini, Zidane mendapat penghargaan Ballon d"Or dan pemain terbaik FIFA 1998.

1998 - 2001 : Rekor Transfer dan Kedatangan Buffon
Zidane dan Buffon : Kepergian dan Kedatangan Seorang Legenda
Zidane tetap bersama Juventus hingga akhir musim 2000 / 2001. Mereka mencapai babak semifinal Liga Champions 1998 / 1999 dan takluk dari Manchester United lewat sebuah laga dua leg yang cukup ketat. Pada Juli 2000, Zidane kembali membawa Prancis juara Piala Eropa dengan mengalahkan Italia 2 - 1. Tahun 2000 pula, Zidane kembali terlibat insiden berujung kartu merah ketika ia menanduk pemain Hamburg, Jochen Kientz, dalam pertandingan fase grup pada menit ke-29 pada 24 Oktober 2000.
Selama 5 musim berkostum hitam-putih, Zidane tampil 151 kali di Serie A dan mencetak 24 gol, 17 kali di Coppa Italia dengan 2 gol, dan 41 kali di Liga Champions dengan 5 gol. 5 musim di Juventus sukses menempa Zidane menjadi pemain kelas dunia.
Pada 9 Juli 2001, rekor transfer baru pun tercipta. Real Madrid, di bawah kepemimpinan Florentino Perez, membangun skuad penuh bintang, Los Galacticos. Zidane pun menjadi salah satu pemain yang didatangkan Perez ke Madrid. Nilai transfernya mencapai 145,22 miliar lira, setara 12,48 miliar peseta atau 75 juta euro, dan menjadikannya pemain termahal di dunia selama 8 tahun berikutnya sampai transfer Christiano Ronaldo dari Manchester United ke Real Madrid pada 2009 senilai 80 juta euro memecahakan rekor tersebut.
Dari hasil penjualan tersebut, Juventus dapat mendatangkan 2 pemain Parma : rekan senegara Zidane, Thuram, dan kipernya, Buffon. Buffon didatangkan dengan mahar 75 miliar lira (38,73 juta euro) dan menjadikannya kiper termahal di dunia selama 16 tahun berikutnya sampai Ederson dibeli Manchester City.

2001 - 2006 : Pertumbuhan Dua Legenda
Zidane dan Buffon : Kepergian dan Kedatangan Seorang Legenda
Kegemilangan Zidane masih berlanjut di negeri Matador. Ia membawa Madrid ke final Liga Champions ke-12 pada Mei 2002 dan tendangan volinya ke gawang Bayer Leverkusen memastikan kemenangan 2 - 1 dan gelar ke-9.
Namun, Zidane yang mengalami cedera paha tak bisa berbuat banyak saat Prancis tampil mengecewakan di Piala Dunia 2002. Dengan tanpa kemenangan, tanpa gol, hanya 1 poin, dan kekalahan dari debutan Senegal, Prancis pulang dari Korea Selatan dan Jepang sebagai juara bertahan berpenampilan terburuk.
Musim 2002 / 2003, ia mempersembahkan gelar La Liga. Tahun 2004, ia membawa Prancis ke perempatfinal Piala Eropa 2004 sampai disingkirkan Yunani 0 - 1. Setelah kekalahan ini, ia memutuskan pensiun dari timnas.
Musim 2003 / 2004 sampai 2005 / 2006, Zidane dan Real Madrid nirgelar. Zidane pun tak memperbarui kontraknya di Madrid pada Mei 2006 dan mengumumkan kembali ke timnas untuk penampilan pamungkas di Piala Dunia 2006.
Sementara itu, Buffon berhasil membawa Juventus juara Serie A sebanyak 4 kali antara 2001 dan 2006, yaitu pada musim 2001 / 2002, 2002 / 2003, 2004 / 2005, dan 2005 / 2006. Ia juga membawa Juventus ke final Liga Champions 2002 / 2003 meski takluk dari AC Milan lewat adu penalti di Old Trafford.
Sebuah periode aneh bagi Buffon terjadi pada pertengahan 2006. Masa itu merupakan saat terpuruk baginya di level klub sekaligus merupakan saat kejayaan di level timnas.

Piala Dunia 2006 : Perpisahan Zidane dan Kejayaan Buffon
Zidane dan Buffon : Kepergian dan Kedatangan Seorang Legenda
Pada 2006, Italia dilanda skandal Calciopoli, pengaturan skor. Klub yang paling merasakan getirnya adalah Juventus. Pertama, dua gelar Serie A yang sudah didapat dicabut. Gelar 2004 / 2005 dibiarkan tanpa pemegang hingga sekarang, sementara gelar 2005 / 2006 dihibahkan ke Inter Milan. Kedua, mereka didegradasi secara paksa ke Serie B untuk musim 2006 / 2007. Ketiga, pemain bintang mereka satu per satu pergi ke klub lain. Hanya beberapa yang tetap bersama Juventus, termasuk Buffon.
Menariknya, performa Italia justru malah berada di puncaknya. Dengan diracik oleh Marcello Lippi, Italia keluar dari fase grup sebagai juara grup dengan 2 kemenangan, 1 kekalahan, mencetak 5 gol, dan hanya kebobolan 1 gol. Pada 26 Juni, Italia mengalahkan Australia 1 - 0, menghempaskan Ukraina 3 - 0 pada perempatfinal pada 30 Juni, dan mengalahkan Jerman 2 - 0 lewat perpanjangan waktu pada 4 Juli di semifinal.
Sementara Prancis menebus kesalahan di Piala Dunia 2002 dengan performa apik di Jerman. Imbang 0 - 0 lawan Swiss dan kembali imbang 1 - 1 kontra Korea Selatan, Prancis akhirnya menang 2 - 0 melawan Togo. Prancis kemudian menghempaskan tim favorit, Spanyol 3 - 1 pada 27 Juni, menyingkirkan favorit lainnya Brazil 1 - 0 pada 1 Juli, dan menundukkan Portugal 1 - 0 pada 5 Juli.
Prancis dan Italia kembali bertemu di final Piala Dunia 2006. Pertandingan ini akan menjadi pertandingan terakhir Zidane sebagai pemain sepakbola profesional dan pertandingan terbesar yang pernah dilakoni Buffon sepanjang kariernya.
9 Juli 2006 adalah tanggalnya. Olympiastadion Berlin adalah tempatnya. Horacio Elizondo asal Argentina adalah wasitnya.
Pertandingan berjalan ketat. 120 menit waktu normal plus babak tambahan, 2 gol tercipta di 20 menit pertama. Gol Prancis dari penalti Zidane pada menit ke-7 disamakan oleh gol melalui sundulan Marco Materazzi pada menit ke-19 menyambut umpan pojok Andrea Pirlo.
Pada babak tambahan, menit ke-110, terjadilah sebuah insiden yang dikenang hingga sekarang. Zidane yang terus mendapat provokasi dari Materazzi dalam bentuk penarikan jersey dan kata-kata, menanduk bek tersebut. Hasilnya, ia diberi kartu merah. Prancis akhirnya kalah 5 - 3 dalam adu penalti, salah satu pencetak gol penaltinya adalah Materazzi. Setelah Zidane pada 1998, kini giliran Buffon yang mengangkat trofi Piala Dunia.

2006 - 2018 : Pasca-Zidane
Zidane dan Buffon : Kepergian dan Kedatangan Seorang Legenda
Meskipun mengawali musim dengan poin -9, Juventus berhasil keluar sebagai kampiun Serie B 2006 / 2007 dan berhak dipromosikan kembali ke Serie A 2007 / 2008. Buffon masih setia menjaga gawang Bianconeri. Selanjutnya, Buffon akan memenangi 7 gelar Serie A bersama Juventus dari musim 2011 / 2012 hingga 2017 / 2018.
Zidane kembali ke Real Madrid sebagai penasihat khusus atas permintaan Jose Mourinho pada November 2010. Ia kemudian menjadi direktur olahraga Madrid pada Juli 2011 dan pada 2013 menjadi asisten pelatih Carlo Ancelotti. Ia membantu memenangi gelar ke-10 Liga Champions pada 24 Mei 2014 dan pada bulan berikutnya menjadi pelatih Real Madrid Castilla di Segunda Division. Pada 4 Januari 2016, ia ditunjuk sebagai pelatih Real Madrid setelah Rafael Benitez dipecat. Pada enam bulan pertamanya, ia berhasil membawa Madrid finis kedua di La Liga, hanya satu poin di belakang Barcelona dan membawa pulang trofi ke-11 setelah mengalahkan Atletico Madrid lewat adu penalti.
Setahun berikutnya, Madrid menjuarai La Liga. Zidane, sebagai pelatih, juga bertemu kembali dengan Buffon, masih sebagai kiper, di final Liga Champions 2016 / 2017. Gawang Buffon terbobol empat kali, berbalas satu gol akrobatik Mario Mandzukic, yang berarti untuk kali ketiga Buffon gagal mengangkat si Kuping Besar. Dua tahun sebelumnya, ia juga gagal karena Juventus kalah 1 - 3 dari Barcelona.
Keduanya kembali bertemu pada perempatfinal Liga Champions 2017 / 2018. Pasukan Zidane menang 3 - 0 di Allianz Stadium. Namun, Juventus mengejutkan dengan 3 gol balasan di Bernabeu. Penalti kontroversial di waktu tambahan dalam prosesnya membuat Buffon dikartu merah oleh wasit Michael Oliver asal Inggris. Madrid sendiri berhasil mencapai final dan merengkuh gelar beruntun yang ketiga, kali ini dengan menghempaskan Liverpool dengan skor 3 - 1. Di masa puncak inilah, Zidane memilih mundur pada 31 Mei lalu. Buffon juga mengakhiri 17 tahun kebersamaan dengan Juventus dan kemungkinan pindah ke Paris Saint Germain untuk musim 2018 / 2019. Bagaimana kiprah mereka berdua pada musim mendatang? Layak dinantikan.

Zidane dan Buffon : Kepergian dan Kedatangan Seorang Legenda

Demikian thread dari Minami Creative Works kali ini. Pemain silih berganti datang ke sebuah klub. Ada yang gagal bersinar, ada pula yang berhasil menjadi legenda, ada pula yang kembali mengabdi bersama klub yang membesarkannya. Terima kasih telah membaca dan semoga hari Anda menyenangkan.

Zidane dan Buffon : Kepergian dan Kedatangan Seorang Legenda
Referensi I
Referensi II
Referensi III
Referensi IV
Referensi V
Referensi VI
Referensi VII
Referensi VIII
Referensi IX
Referensi X
Referensi XI
Referensi XII
Referensi XIII
Referensi XIV
Referensi XV
Referensi XVI
Referensi XVII
Referensi XVIII
Referensi XIX
Referensi XX
Referensi XXI
Referensi XXII
Referensi XXIII
Referensi XXIV
Referensi XXV
Referensi XXVI
Referensi XXVII
SUMBER

No comments:
Write comments

Artikel Menarik Lainnya

loading...