ACEH UTARA, KOMPAS.com - Sebanyak enam kabupaten mengalami kekeringan sejak sebulan terakhir di Provinsi Aceh. Keenam kabupaten itu yakni Kabupaten Bireun, Aceh Utara, Lhokseumawe, Bener Meriah, Aceh Timur, dan Kota Langsa.
Prakirawan Badan Metreologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kantor Bandara Sultan Malikussaleh, Aceh Utara, Kharendra Muiz, Kamis (15/2/2018), menyebutkan hasil pantauan citra satelit di enam kabupaten itu tidak turun hujan sebulan terakhir.
âSecara spesifik wilayah paling lama sebulan lebih tidak turun hujan itu di Kecamatan Matangkuli dan Kecamatan Nibong, Kabupaten Aceh Utara. Dua kecamatan itu terparah mengalami kemarau,â sebut Kharendra.
Dia menjelaskan, ber dasarkan citra satelit tidak ada pembentukan awan konvektif atau awan penghujan di kabupaten tersebut.
Selain itu, sambung Kharendra, kondisi panas sangat menyengat, karena penyinaran kawasan sangat maksimal dan tidak tertutup awan serta suhu udara mencapai 32-33 derajat selsius.
âKita prediksi hingga 10 hari ke depan cuaca masih cerah dan panas menyengat. Dia mengimbau khusus petani dengan sistem pengairan tadah hujan segera mempersiapkan sumber air untuk areal persawahan," ungkapnya.
"Jika tidak, ribuan hektar padi terancam gagal panen. Prediksi kami dua pekan ke depan belum turun hujan,â pungkasnya.
http://regional.kompas.com/read/2018...ami-kekeringan
â"â"â"â"â"â"â"â"â"â"â"â"â"â"â"â"â"â"â"â"â"â"â"
Kepiluan Warga Pedalaman Saat Kemarau Melanda.
Kamis, 15 Februari 2018 | 15:31 WIB
ACEH UTARA, KOMPAS.com â" Lima warga Desa Munje Tujoh, Kecamatan Pirak Timu, Kabupaten Aceh Utara, terlihat sibuk di bibir sungai desa itu, Rabu (14/2/2018).
Mereka memasang pipa berukuran sebesar paha orang dewasa, lalu menghidupkan mesin pemompa air dan memasukkan satu pipa ke dalam sungai. Sementara pipa lainnya ditarik ke area persawahan, puluhan meter dari b ibir sungai.
Begitu air muncrat dari sambungan pipa, mereka bersorak-sorai. Area persawahan itu perlahan mulai teraliri air. Tanah retak dan menganga menyisakan lubang membujur panjang. Tiga pekan terakhir, kekeringan melanda kawasan itu. Dampaknya, sawah mengering dan terancam gagal panen.
âKami berusaha menyelamatkan padi yang telah ditanam ini. Tapi, ini juga masih meragukan karena tak mungkin bisa mengairi puluhan hektar sawah hanya dengan satu mesin pompa sederhana,â terang Muhammad, petani di desa itu.
Matanya nanar menatap hamparan padi yang mengering. Pucuk padi terlihat mulai menguning, tanda kekurangan air.
âJika tak segera diberi air, pasti seminggu lagi semua padi ini akan mati,â katanya.
Petani lainnya, M Yusuf, menyebutkan, mereka hanya memiliki satu mesin pompa air. Sepanjang lima tahun terakhir, kali ini merupakan kemarau terpanjang yang mereka hadapi.
âUntuk minum dan kebutuhan k eluarga, kami mengangkut air sungai dengan menggunakan jeriken. Sumur sudah kering semua,â sebut Yusuf.
Bagi Yusuf dan Muhammad, kebutuhan air untuk keluarga tak begitu masalah. Namun, bagi Siti Rahimah, warga Desa Alue Drien, Kecamatan Pirak Timu, Aceh Utara, kebutuhan air minum dan keluarga menjadi masalah.
âKita ambil air payau. Itu pun harus datang pagi sekali. Kalau tidak, sudah habis diambil orang. Setelah subuh itu kita ke payau, jaraknya sekitar 20 kilometer dari rumah,â terangnya.
Baca juga: 4 Bulan Kemarau, Diguyur Hujan Sehari Langsung Banjir
Bahkan, untuk mandi, Rahimah dan keluarga hanya melakukannya sekali sehari. Sebelum kemarau, mereka bisa mandi sepuasnya.
âKita simpan air buat masak dan berwudu saja. Kalau mandi, sekali sehari dengan air terbatas,â ujarnya.
Jika air payau sudah mengering, maka tak ada pilihan. Rahimah harus mengambil air di sungai yang jaraknya sekitar 30 kilome ter dengan mengayuh sepeda tua miliknya.
Puluhan petani di Desa Matang Keh, Kecamatan Pirak Timu, Kabupaten Aceh Utara, Rabu (14/2/2018), melaksanakan shalat sunat istisqa (minta hujan) di area persawahan yang mengering.
Mereka pun berharap kepada Allah SWT untuk memberikan hujan. Tadi malam, mereka berkumpul. Ribuan orang di Masjid Alue Bungkoh, Pirak Timu, Aceh Utara, berzikir bersama untuk memohon kepada Sang Pencipta.
âSeharusnya pemerintah membantu pompa air agar bisa digunakan warga di sungai. Ini warga mengambil air sungai langsung begitu, tak ada penyaringan, sangat tidak sehat sebenarnya. Namun terpaksa," kata T Faisal Razi, warga lainnya.
Kini, masyarakat di pedalaman Kabupaten Aceh Utara itu berharap air mengalir sampai jauh. Agar tumbuhan mereka subur kembali. Agar hasil panen bisa digunakan untuk keluarga dan anak cucu.
http://regional.kompas.com/read/2018...emarau-melanda
BPLN sepi bray
No comments:
Write comments