Apa itu persepsi?
Lebih penting mana sih, persepsi atau logika?
Apa yang mesti kita lakukan terhadap persepsi?
Yuk, mari kita cari tahu
Lebih penting mana sih, persepsi atau logika?
Apa yang mesti kita lakukan terhadap persepsi?
Yuk, mari kita cari tahu
Persepsi vs logika
Quote:
Profesor David Perkins dari Universitas Harvard
dalam penelitiannya berkata bahwa 90% kesalahan
berpikir berasal dari kesalahan persepsi. Dari sana
kita dapat melihat bahwa, persepsi memiliki peran
kunci yang penting dalam berpikir, sementara logika
hanya berperan sedikit. Oleh karena itu meski seseorang
memiliki logika yang hebat, ia bisa saja jadi keliru
dalam berpikir karena persepsi yang salah.
Apabila persepsi memang berperan penting dalam
berpikir, kenapa kita sering mengabaikannya? Dalam
kehidupan ini, kita lebih sering mengedepankan logika,
tapi logika tanpa persepsi yang benar
justru dapat menyesatkan.
dalam penelitiannya berkata bahwa 90% kesalahan
berpikir berasal dari kesalahan persepsi. Dari sana
kita dapat melihat bahwa, persepsi memiliki peran
kunci yang penting dalam berpikir, sementara logika
hanya berperan sedikit. Oleh karena itu meski seseorang
memiliki logika yang hebat, ia bisa saja jadi keliru
dalam berpikir karena persepsi yang salah.
Apabila persepsi memang berperan penting dalam
berpikir, kenapa kita sering mengabaikannya? Dalam
kehidupan ini, kita lebih sering mengedepankan logika,
tapi logika tanpa persepsi yang benar
justru dapat menyesatkan.
Â
Persepsi di dunia nyata
Quote:
Di dalam dunia nyata ini, masih belum dapat
diputuskan apakah persepsi memiliki tempat atau
tidak. Alasannya adalah karena kita tidak tahu apa
yang harus kita lakukan terhadapnya. Sementara itu
menerapkan logika ke dalam persepsi tidak akan
berhasil, karena mereka berada di sistem yang berbeda.
diputuskan apakah persepsi memiliki tempat atau
tidak. Alasannya adalah karena kita tidak tahu apa
yang harus kita lakukan terhadapnya. Sementara itu
menerapkan logika ke dalam persepsi tidak akan
berhasil, karena mereka berada di sistem yang berbeda.
Â
Quote:
Simaklah kejadian berikut:
Arya adalah seorang anak laki-laki berusia 7 tahun,
pada hari Valentine ia disuruh memilih antara coklat
yang besar atau yang kecil oleh teman-temannya yang
nakal. Teman-temannya tertawa terbahak-bahak
saat melihat Arya memilih coklat yang lebih besar.
Mereka menganggap Arya sangatlah bodoh dan terus
saja mengerjai Arya dengan hal serupa. Di hari lainnya,
mereka menyuruh Arya memilih antara uang koin
500 rupiah atau 1000 ru piah. Saat itu Arya memilih
uang koin 500 rupiah yang ukurannya sedikit lebih
besar. Tidak heran jika ia diolok-olok oleh
teman- temannya lagi.
Sampailah ada orang dewasa yang ikut juga melihat
kejadian tersebut menjadi iba dan menghampirinya untuk
menjelaskan bahwa meskipun coklat itu memang
berukuran kecil tapi memiliki harga yang jauh lebih
mahal dibandingkan coklat besar yang Arya pilih,
begitu pun dengan uang 500 rupiah yang berukuran
sedikit lebih besar tetapi memiliki nilai yang lebih
kecil dibandingkan uang koin 1000 rupiah.
Arya tersenyum dan berkata âTerima kasih susah
menjelaskannya kepadaku, tapi aku sudah tahu itu
semua. Aku melakukan hal tersebut karena jika sejak
awal aku pilih yang bernilai lebih tinggi maka berapa
kali lagi aku akan mendapatkan kesempatan yang
sama seperti tadi? Mungkin mereka tidak akan pernah
menawariku sesuatu lagi saat ak u memilih coklat
yang lebih mahal dan uang yang bernilai lebih tinggi."
Jawaban Arya di atas adalah mengenai persepsi,
seberapa besar kita mengenal kebiasaan teman-teman
kita. Maka kita akan tahu, apakah kejadian seperti
itu adalah kejadian tunggal atau kejadian yang akan
terus berulang. Persepsi adalah kuncinya.
Arya adalah seorang anak laki-laki berusia 7 tahun,
pada hari Valentine ia disuruh memilih antara coklat
yang besar atau yang kecil oleh teman-temannya yang
nakal. Teman-temannya tertawa terbahak-bahak
saat melihat Arya memilih coklat yang lebih besar.
Mereka menganggap Arya sangatlah bodoh dan terus
saja mengerjai Arya dengan hal serupa. Di hari lainnya,
mereka menyuruh Arya memilih antara uang koin
500 rupiah atau 1000 ru piah. Saat itu Arya memilih
uang koin 500 rupiah yang ukurannya sedikit lebih
besar. Tidak heran jika ia diolok-olok oleh
teman- temannya lagi.
Sampailah ada orang dewasa yang ikut juga melihat
kejadian tersebut menjadi iba dan menghampirinya untuk
menjelaskan bahwa meskipun coklat itu memang
berukuran kecil tapi memiliki harga yang jauh lebih
mahal dibandingkan coklat besar yang Arya pilih,
begitu pun dengan uang 500 rupiah yang berukuran
sedikit lebih besar tetapi memiliki nilai yang lebih
kecil dibandingkan uang koin 1000 rupiah.
Arya tersenyum dan berkata âTerima kasih susah
menjelaskannya kepadaku, tapi aku sudah tahu itu
semua. Aku melakukan hal tersebut karena jika sejak
awal aku pilih yang bernilai lebih tinggi maka berapa
kali lagi aku akan mendapatkan kesempatan yang
sama seperti tadi? Mungkin mereka tidak akan pernah
menawariku sesuatu lagi saat ak u memilih coklat
yang lebih mahal dan uang yang bernilai lebih tinggi."
Jawaban Arya di atas adalah mengenai persepsi,
seberapa besar kita mengenal kebiasaan teman-teman
kita. Maka kita akan tahu, apakah kejadian seperti
itu adalah kejadian tunggal atau kejadian yang akan
terus berulang. Persepsi adalah kuncinya.
Â
Quote:
Jilly Cooper, seorang penulis novel terkenal
pernah memberikan sebuah saran di dalam sebuah
artikel. Jika ingin tahu apakah pasangan kita berselingkuh
atau tidak, perhatikanlah panjang dasinya
ketika pergi dan setelah kembali.
Â
Pada suatu hari, ada seorang teman yang pulang
ke rumah dengan dasi yang lebih pendek. Istrinya
tentu menjadi marah sekali, menuduhnya berselingkuh
dengan wanita lain karena dasi yang menjadi lebih
pendek itu. âSayang, kamu kan tahu kalau aku baru
saja bermain Squash. Aku perlu membuka
dasi saat bermain,â jawab sang suami. Persepsi sang
istri menjadi berubah begitu juga dengan emosinya.
Â
Kita tidak memiliki pilihan lain, karena logika tidak
pernah dapat mengubah emosi, tapi mengubah persepsi
akan selalu mengubah emosi.
Â
Ke mungkinan dan alternatif
Quote:
Ada seorang pria yang menghampiri sista
dengan wajah agresif, apa yang kemudian sista pikirkan
mengenai kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi?
- Pria itu memang agresif
- Mungkin itu hanya wajahnya saja,
tapi bisa saja ia tidak agresif
- Pria itu salah menganggap sista sebagai
s eseorang yang dikenalnya
- Pria itu hanya iseng
Â
Beberapa kemungkinan alternatif tersebut memang
tidak ada yang pasti, tetapi persepsi menuntut suatu
penyimpulan beberapa kemungkinan. Pikiran kita
biasanya ingin langsung mendapatkan kesimpulan
kebenaran dan kepastian, karena dari sini tindakan
kita akan diputuskan. Oleh karena itu, persepsi kita
sering keliru dan tindakan kita juga menjadi salah.
dengan wajah agresif, apa yang kemudian sista pikirkan
mengenai kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi?
- Pria itu memang agresif
- Mungkin itu hanya wajahnya saja,
tapi bisa saja ia tidak agresif
- Pria itu salah menganggap sista sebagai
s eseorang yang dikenalnya
- Pria itu hanya iseng
Â
Beberapa kemungkinan alternatif tersebut memang
tidak ada yang pasti, tetapi persepsi menuntut suatu
penyimpulan beberapa kemungkinan. Pikiran kita
biasanya ingin langsung mendapatkan kesimpulan
kebenaran dan kepastian, karena dari sini tindakan
kita akan diputuskan. Oleh karena itu, persepsi kita
sering keliru dan tindakan kita juga menjadi salah.
Â
Apa yang bisa kita lakukan dengan persepsi?
Â
1. Sikap
Quote:
Sikap yang berhubungan dengan pencarian
alternatif adalah dengan membuka diri dan menerima
segala kemungkinan. Kita dapat menjadi praktis
dengan menggunakan suatu kemampuan dan tindakan
yang terorientasi dan pada saat yang bersamaan,
perhatikanlah kemungkinan-kemungkinan yang
akan terjadi di benak kita.
Seperti dalam suatu pernikahan,
kita harus memilih satu wanita atau pria di antara
begitu banyak kemungkinan-kemungkinan yang ada.
Tetapi kita tidak boleh terus menetap diam dan memikirkan
segala kemungkinan yang terjadi, kalau begitu terus
tentu kita tidak kunjung akan menikah. Tetapi dengan
kreativitas, pikiran akan kemungkinan-kemungkinan
itu tetap terjaga. Oleh sebab itu kita perlu
mempertimbangkan kemungkinan dan alternatif
dan sungguh-sungguh mengolahnya dalam pikiran,
dan tidak langsung melompat ke bagian kesimpulan.
Ingat dan sadarilah, bahwa orang lain mungkin memiliki
persepsi yang berbeda berdasarkan pengalaman dan
nilai-nilai yang mereka anut.
alternatif adalah dengan membuka diri dan menerima
segala kemungkinan. Kita dapat menjadi praktis
dengan menggunakan suatu kemampuan dan tindakan
yang terorientasi dan pada saat yang bersamaan,
perhatikanlah kemungkinan-kemungkinan yang
akan terjadi di benak kita.
Seperti dalam suatu pernikahan,
kita harus memilih satu wanita atau pria di antara
begitu banyak kemungkinan-kemungkinan yang ada.
Tetapi kita tidak boleh terus menetap diam dan memikirkan
segala kemungkinan yang terjadi, kalau begitu terus
tentu kita tidak kunjung akan menikah. Tetapi dengan
kreativitas, pikiran akan kemungkinan-kemungkinan
itu tetap terjaga. Oleh sebab itu kita perlu
mempertimbangkan kemungkinan dan alternatif
dan sungguh-sungguh mengolahnya dalam pikiran,
dan tidak langsung melompat ke bagian kesimpulan.
Ingat dan sadarilah, bahwa orang lain mungkin memiliki
persepsi yang berbeda berdasarkan pengalaman dan
nilai-nilai yang mereka anut.
Â
2. Peranti Perseptual
Quote:
Ada seorang penjelajah dikirim ke suatu pulau
yang baru saja ditemukan. Ketika kembali, ia menulis
laporan yang menjelaskan bahwa gunung berapi
tersebut selalu mengeluarkan asap di bagian utara.
Selain itu, ia juga menceritakan ada burung aneh
yang tidak bisa terbang. Namun saat ia diminta untuk
bercerita lebih lanjut, ia tidak dapat menceritakan hal
lainnya. Jadilah ia diminta kembali ke sana, dengan
instruksi yang lebih spesifik yaitu untuk âmengarahkanâ
perhatiannya daripada menunggu sesuatu yang âmenarikâ
perhatiannya. Sekembalinya ia dari pulau itu, ia
memiliki gambaran yang lebih lengkap karena kerangka
pikirannya telah dilengkapi dengan âmengarahkanâ
perhatian, bukan hanya sesuatu yang
âmenarikâ perhatiannya.
yang baru saja ditemukan. Ketika kembali, ia menulis
laporan yang menjelaskan bahwa gunung berapi
tersebut selalu mengeluarkan asap di bagian utara.
Selain itu, ia juga menceritakan ada burung aneh
yang tidak bisa terbang. Namun saat ia diminta untuk
bercerita lebih lanjut, ia tidak dapat menceritakan hal
lainnya. Jadilah ia diminta kembali ke sana, dengan
instruksi yang lebih spesifik yaitu untuk âmengarahkanâ
perhatiannya daripada menunggu sesuatu yang âmenarikâ
perhatiannya. Sekembalinya ia dari pulau itu, ia
memiliki gambaran yang lebih lengkap karena kerangka
pikirannya telah dilengkapi dengan âmengarahkanâ
perhatian, bukan hanya sesuatu yang
âmenarikâ perhatiannya.
Â
3. Peta Perseptual
ÂQuote:
Flowscapeberarti cara untuk memetakan
atau menunjukkan persepsi. Ada suatu âkeadaan sarafâ
di otak yang keadaannya stabil sejenak, namun kemudian
ada âfaktor melelahkanâ yang memengaruhi kondisi
stabil tersebut. Singkatnya, terdapat pergerakan
dari satu kondisi ke kondisi berikutnya. Dengan
menggunakan flowscape, kita hanya perlu
membuat daftar sejumlah elemen, yang kita lihat
dalam situasi keseluruhan (tidak harus da lam
satu kali peristiwa).
atau menunjukkan persepsi. Ada suatu âkeadaan sarafâ
di otak yang keadaannya stabil sejenak, namun kemudian
ada âfaktor melelahkanâ yang memengaruhi kondisi
stabil tersebut. Singkatnya, terdapat pergerakan
dari satu kondisi ke kondisi berikutnya. Dengan
menggunakan flowscape, kita hanya perlu
membuat daftar sejumlah elemen, yang kita lihat
dalam situasi keseluruhan (tidak harus da lam
satu kali peristiwa).
Â
Quote:
Lihatlah poin-poin Flowscapeberikut ini:
Berpikir -> Pendidikan
Pendidikan -> Logika
Argumen -> Logika
Logika -> Goedel
Goedel -> Persepsi
Persepsi -> Kemungkinan
Kemungkinan -> Kreativitas
Kreativitas -> Kemungkinan
Â
Dengan mudah, kita dapat melihat bahwa poin-poin
tersebut terkelompok menjadi dua. Ada logika yang
berperan menjadi sentral dan ada kelompok lain
yang sentral nya adalah kemungkinan. Perpindahan
dari satu kelompok ke kelompok lainnya melalui Dalil
Goedel (dimana logika tidak akan pernah cukup).
Berpikir -> Pendidikan
Pendidikan -> Logika
Argumen -> Logika
Logika -> Goedel
Goedel -> Persepsi
Persepsi -> Kemungkinan
Kemungkinan -> Kreativitas
Kreativitas -> Kemungkinan
Â
Dengan mudah, kita dapat melihat bahwa poin-poin
tersebut terkelompok menjadi dua. Ada logika yang
berperan menjadi sentral dan ada kelompok lain
yang sentral nya adalah kemungkinan. Perpindahan
dari satu kelompok ke kelompok lainnya melalui Dalil
Goedel (dimana logika tidak akan pernah cukup).
Â
Quote:
Ringkasan: Persepsi
Dalam kehidupan sehari-hari, persepsi memang berperan
lebih penting daripada logika. Meski demikian, kita
kurang menyadari akan kehadiran persepsi ini.
Â
Simaklah contoh terakhir dalam pembahasan ini:
Kepada para siswa dan siswi, diberikan dua foto
kandidat yang akan bersaing dalam suatu pemilihan
tanpa diberikan nama partai atau organisasi. Para
siswa diminta untuk menebak siapakah yang akan
memenangkan pemilihan tersebut.
Hasilnya 70% siswa menjawab dengan benar,
apa yang bisa agan dan sista lihat?
Di sini kemungkinan persepsi siswa sangat baik sehingga
mereka dapat melihat kepercayaan diri, kemampuan,
dan tanggung jawab dengan hanya melihat sebuah
foto. Mungkin mereka memersuasi diri mereka sendiri
bahwa mereka bisa melihat hal-hal tersebut, tetapi
akhirnya memilih siapa yang mereka pikir akan dipilih
oleh para pemegang suara. Mungkin juga karena
penampilan fisik lebih berpengaruh daripada
kemampuan dan pengalaman.
Dalam kehidupan sehari-hari, persepsi memang berperan
lebih penting daripada logika. Meski demikian, kita
kurang menyadari akan kehadiran persepsi ini.
Â
Simaklah contoh terakhir dalam pembahasan ini:
Kepada para siswa dan siswi, diberikan dua foto
kandidat yang akan bersaing dalam suatu pemilihan
tanpa diberikan nama partai atau organisasi. Para
siswa diminta untuk menebak siapakah yang akan
memenangkan pemilihan tersebut.
Hasilnya 70% siswa menjawab dengan benar,
apa yang bisa agan dan sista lihat?
Di sini kemungkinan persepsi siswa sangat baik sehingga
mereka dapat melihat kepercayaan diri, kemampuan,
dan tanggung jawab dengan hanya melihat sebuah
foto. Mungkin mereka memersuasi diri mereka sendiri
bahwa mereka bisa melihat hal-hal tersebut, tetapi
akhirnya memilih siapa yang mereka pikir akan dipilih
oleh para pemegang suara. Mungkin juga karena
penampilan fisik lebih berpengaruh daripada
kemampuan dan pengalaman.
Â
Ilustrasi: Google
Referensi: Edward De Bono dalam bukunya Think!
Before itâs too late
Â
                                                  Â
Sekian dari Ts,
mohon maaf jika ada salah-salah kata.
mohon maaf jika ada salah-salah kata.
No comments:
Write comments