sumber : neilpatel.com
Indonesia sedang dalam kondisi gaswat!
(gaswat = lebih dari gawat pada umumnya)
(gaswat = lebih dari gawat pada umumnya)
- Pernahkah Agan berkarya, tapi tak dihargai?
- Pernahkan Agan berkreasi, tapi malah dihina?
- Pernahkan Agan tak salah? tapi disalahkan? (ini kan lirik lagunya Agnez Mo)
Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa netijen di Indonesia semakin menggila. Menggila bagaimana? Menggila dalam hal melayangkan komentar-komentar dan kritik-kritik pedasnya di dunia maya. Seolah-olah mempunyai bakat sejak dalam kandungan, netijen tak segan mengeluarkan kata-kata kasar, beberapa jenis hewan, dan nama-nama kotoran demi mendapat kepuasan dalam hatinya.
Dalam beberapa kasus mungkin masih bisa ditoleransi jika mereka hanya sebatas menghina karya yang ditampilkan seorang creator. Tapi banyak juga yang komentarnya tidak sejalan dengan apa yang seharusnya dilontarkan. Misalnya, saya membuat thread ini yang membahas "kritik", tapi netijen di bawah akan berkomentar menghina suku dan kegantengan saya yang tidak bisa dibilang perfect.
Menyedihkan ya... Yaaaaa, apa boleh buat. Beginilah kenyataannya....
Sebenarnya apa sih kritik itu?
Menurut KBBI : kritik/kri·tik/ n kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya;
- Siapa yang diperbolehkan mengkritik? Semua orang yang bernapas.
- Apa syarat untuk mengkritik? Mempunyai mulut, atau jempol yang bisa menari di atas keyboard.
- Lalu, apa tujuan kritik dibuat? Berharap orang yang menerima kritik bisa belajar dari saran yang dilontarkan pengkritik.
- Apa bedanya kritik dan hinaan? Kritik, memiliki alasan (pengkritik bertanggung jawab penuh atas apa yang disampaikan). Hinaan ya sebatas mencela, mencari kesalahan, kejanggalan, kecacatan dan berkata seolah dirinya lebih baik daripada yang dihina.
- Lalu netijen yang mengolok-olok seseorang di Internet, atau mengeluarkan kata-kata jorok di kolom komentar termasuk golongan mana? Lu tau sendiri lah.
Apakah seorang orang yang bukan lulusan seni musik tidak diperbolehkan mengatakan bahwa salah satu lagu ciptaan band Hijau Daun tidak enak didengar? Apakah seorang lulusan matematika tidak diperbolehkan untuk mengatakan bahwa suara suaminya sumbang saat menyanyikan lagu Dewa 19? Dalam videonya, Agung Hapsah menyampaikan bahwa kritik boleh disampaikan oleh siapa saja meskipun mereka bukanlah seorang ahli di bidangnya. Agung juga menganalogikan, bahwa kita berhak mengatakan masakan salah satu koki di restoran A tidak sedap meskipun kita tidak bisa memasak. Jadi, untuk menyampaikan kritik apakah kita harus menjadi seorang yang sempurna? Jawabannya, TIDAK!
Tapi...Tapi...Tapi....
Apakah dengan segala kebebasan ini kita berhak menghakimi dan menghina seseorang semudah itu? Jawaban orang sehat, tentu TIDAK! Alvin dalam videonya menyampaikan bahwa kritik harus disertai tanggung jawab. Tanggung jawab yang dimaksud adalah kita harus menyampaikan apa yang menjadi masalah mengapa kita memiliki pendapat yang berbeda. Misalnya, nasi goreng yang dijual di warung Pak Amir tidak enak. Mengapa? Karena terlalu asin atau terlalu manis karena terlalu banyak kecap. Jangan hanya nyinyir dan bilang bahwa nasi goreng Pak Amir tidak enak begitu saja.
Indonesia, Apa Kabar?
Faktanya sebagian netijen (saya percaya tidak banyak populasinya) memanfaatkan pengertian kritik di mana kita bebas mengkritik dan menelan mentah-mentah tanpa diolah terlebih dahulu di dalam tempurung kepala mereka. Asalkan akun Instagramnya terkunci atau pakai akun anonymous mah bebas-bebas aja.
Problema selanjutnya adalah ada beberapa netijen makan nasi goreng pedas, kemudian nyinyir dan memberikan kritik tanpa alasan, padahal sejak lahir netijen tersebut tidak suka nasi goreng. Bahkan tercium baunya saja hampir mati. Lalu kenapa ente makan nasi goreng kamvret? Mudahnya, kalau tidak suka nonton musik dangdut, ya jangan nonton konser Palapa. Kalu tidak suka baca novel, ya jangan baca bukunya Andrea Hirata. Kalau tidak suka nonton video politiknya Cameo Project, ya jangan ditonton. Sesimpel dan semudah itu, tapi sangat sulit memang untuk para netijen tertentu.
Kemudian yang terakhir menurut saya adanya penyebab gangguan jiwa yang melanda beberapa orang. Untuk kasus di atas mungkin masih oke lah ya. Tapi apakah bisa disebut benar, kalau ada seorang creator youtube membuat video tertentu yang tidak ada sangkut pautnya dengan suku dan agama, eh malah komentar-komentar netijen menjurus ke arah SARA. Kan aneh. Apa namanya coba kalau bukan gangguan jiwa. Eh, kalau nggak gangguan jiwa, ya paling dibayar ceban.
No comments:
Write comments