Pernah gak sih, pas lagi nyoba-nyoba kamera baru, terus dapet momen langka di hasil fotonya? Nah, hal itulah yang dialami seorang astronom amatir ini, GanSis. Gak tanggung-tanggung, pas lagi nyobain kamera barunya yang dia pasang di teleskop, eh ternyata dia berhasil memotret terjadinya ledakan bintang atau yang dikenal dalam astronomi sebagai supernova.
Oiya, sebelumnya, sudah tau belum apa itu supernova?
Quote:
Ane kutip dari Astronomy.com, supernova adalah ledakan dari suatu bintang masif atau raksasa yang memancarkan energi dengan jumlah yang luar biasa besar. Peristiwa supernova ini menandai berakhirnya kehidupan sebuah bintang. Bintang yang mengalami supernova akan tampak sangat cemerlang dan bahkan kecemerlangannya bisa mencapai ratusan juta kali cahaya semula bintang tersebut.
Gak cuma makin terang, tapi cahaya dari supernova ini bisa bertahan sampai beberapa minggu atau bulan, lho. Gokil gak?
Saat meledak sebagai supernova, sebuah bintang akan melepaskan energi yang setara dengan energi yang dilepaskan matahari kita seumur hidupnya, ledakan ini meruntuhkan sebagian besar material bintang dengan kecepatan 30.000 km/detik (10% kecepatan cahaya) dan melepaskan gelombang kejut yang mampu memusnahkan medium antarbintang di sekitarnya.
"Buso dan teleskopnya"
Buso dan teleskopnya. Kredit: NATURE
Lalu, gimana astronom amatir ini bisa motret supernova?
Quote:Supernova gak bisa diprediksi kapan akan terjadi, jadi memotret supernova adalah suatu hal yang rumit. Kita gak cuma butuh peralatan yang tepat dan canggih, tapi juga perlu keberuntungan yang luar biasa. Nah, keberuntungan itulah didapat oleh astronom amatir bernama VĂctor Buso. Ketika ia memutuskan untuk menguji kamera barunya yang dipasang di teleskop 16 inci di Rosario, Argentina, Buso menemukan supernova.
Singkat cerita, penemuan ini dilakukan Buso pada 20 September 2016. Doi mengarahkan teleskopnya yang sudah dipasangi kamera ke arah galaksi bernama NGC 613. Setelah visualisasi galaksi sudah fokus di kameranya, Buso pun lantas motret-motret. Gak cuma sekali, tapi motret berkali-kali. Sampai akhirnya doi dapet beberapa gambar galaksi NGC 613 tadi.
Awalnya, gak ada yang aneh. Tapi setelah hasil fotonya ditinjau ulang, ternyata ada sesuatu di gambar itu.
Jepretan supernova Buso. Kredit: Victor Buso
Gambar awal galaksi NGC 613 yang biasa aja, di gambar-gambar berikutnya malah muncul setitik cahaya seperti yang bisa dilihat pada spoiler di atas. Buso belum yakin kalau yang dia potret itu supernova, doi pun lalu mengunggah gambar-gambar yang berhasil didapat ke komunias astronomi di Instituto de AstrofĂsica de La Plata.
Unggahan Buso mendapat respon positif, sampai-sampai astronom profesional bernama Melina Bersten ikut menganalisis hasil jepretannya. Bersten dan rekan-rekannya mengatakan bahwa Buso telah menangkap peristiwa yang sangat langka, sebuah cahaya awal dari ledakan supernova yang sangat besar. Menurut Bersten, kemungkinan membuat penemuan semacam itu adalah antara 1 banding 10 juta.
Gak sampai di situ, Bersten kemudian membagikan lagi hasil jepretan Buso ke rekan-rekan sejawatnya di Observatorium Lick di Universitas California. Di sana, astronom lain bernama Alex Filippenko ikut terkesan.
Singkat cerita, penemuan ini dilakukan Buso pada 20 September 2016. Doi mengarahkan teleskopnya yang sudah dipasangi kamera ke arah galaksi bernama NGC 613. Setelah visualisasi galaksi sudah fokus di kameranya, Buso pun lantas motret-motret. Gak cuma sekali, tapi motret berkali-kali. Sampai akhirnya doi dapet beberapa gambar galaksi NGC 613 tadi.
Awalnya, gak ada yang aneh. Tapi setelah hasil fotonya ditinjau ulang, ternyata ada sesuatu di gambar itu.
"Gambar supernovanya Buso"
Jepretan supernova Buso. Kredit: Victor Buso
Gambar awal galaksi NGC 613 yang biasa aja, di gambar-gambar berikutnya malah muncul setitik cahaya seperti yang bisa dilihat pada spoiler di atas. Buso belum yakin kalau yang dia potret itu supernova, doi pun lalu mengunggah gambar-gambar yang berhasil didapat ke komunias astronomi di Instituto de AstrofĂsica de La Plata.
Unggahan Buso mendapat respon positif, sampai-sampai astronom profesional bernama Melina Bersten ikut menganalisis hasil jepretannya. Bersten dan rekan-rekannya mengatakan bahwa Buso telah menangkap peristiwa yang sangat langka, sebuah cahaya awal dari ledakan supernova yang sangat besar. Menurut Bersten, kemungkinan membuat penemuan semacam itu adalah antara 1 banding 10 juta.
Gak sampai di situ, Bersten kemudian membagikan lagi hasil jepretan Buso ke rekan-rekan sejawatnya di Observatorium Lick di Universitas California. Di sana, astronom lain bernama Alex Filippenko ikut terkesan.
Pengamatan Lanjutan
Quote:Bukan ilmuwan namanya kalau gak memverifikasi sebuah hasil temuan. Mereka pun lantas membentuk sekelompok tim internasional. Tim tersebut melakukan pengamatan lanjutan secara intensif selama dua bulan lamanya dengan menggunakan teleskop Shane berdiameter 3 meter di Observatorium Lick serta teleskop berdiameter 10 meter di Observatorium W. M. Keck di Maunakea, Hawaii. Melalui pengamatan lanjutan ini, tim astronom tersebut memperoleh serangkaian tujuh spektrum berbeda dari supernova tersebut.
Data spektrum ini begitu penting karena dapat memungkinkan para astronom untuk memecah cahaya supernova menjadi komponen penyusunnya, seperti tetesan air yang memisahkan cahaya putih ke semua warna pelangi. Dengan data spektrum tersebut pula, para astronom menyimpulkan bahwa supernova yang dikatalogkan secara resmi sebagai SN2016gkg ini adalah supernova Tipe IIb, yang terjadi saat sebuah bintang masif telah kehilangan sebagian besar hidrogennya sehingga meledak.
Selanjutnya, dengan membandingkan data dengan model teoritis, tim memperkirakan bahwa massa bintang sebelum supernova berlangsung adalah sekitar 20 kali massa Matahari. Namun, mereka menunjukkan bahwa bintang tersebut kemungkinan kehilangan sekitar 75 persen dari massa tersebut sebelum ledakan supernova terjadi.
Data spektrum ini begitu penting karena dapat memungkinkan para astronom untuk memecah cahaya supernova menjadi komponen penyusunnya, seperti tetesan air yang memisahkan cahaya putih ke semua warna pelangi. Dengan data spektrum tersebut pula, para astronom menyimpulkan bahwa supernova yang dikatalogkan secara resmi sebagai SN2016gkg ini adalah supernova Tipe IIb, yang terjadi saat sebuah bintang masif telah kehilangan sebagian besar hidrogennya sehingga meledak.
Selanjutnya, dengan membandingkan data dengan model teoritis, tim memperkirakan bahwa massa bintang sebelum supernova berlangsung adalah sekitar 20 kali massa Matahari. Namun, mereka menunjukkan bahwa bintang tersebut kemungkinan kehilangan sekitar 75 persen dari massa tersebut sebelum ledakan supernova terjadi.
Setelah dua tahun, hasil penelitian terhadap supernova SN 2016gkg ini pun dirilis. GanSis bisa simak hasil penelitiannya di jurnal Nature.
Gimana? Beruntung banget ya si Buso ini.
No comments:
Write comments