Kali ilang kedhunge, pasar ilang kumandhange, wong lanang ilang kaprawirane, wong wadon ilang wirange Ian wong Jawa ilang jawane.
-Jayabaya-
sumber : Buku Demography of Indonesia"s Ethnicity
Jadi ada empat tahap transisi demografi dan Etnis Jawa sudah melewati tahap pertama.
Sekarang polanya bergeser, keluarga Jawa lebih memilih menjadi keluarga kecil, bahagia, sejahtera seiring dengan program Keluarga Berencana yang digembar-gemborkan untuk mengendalikan penduduk. Jadi, singkatnya Total Fertility Rate (TFR) Etnis Jawa hanya 1.9 kelahiran/perempuan (Rata-rata TFR Indonesia = 2.4). Artinya adalah perempuan Jawa melahirkan 1.9 anak selama hidupnya. Secara teori, kemampuan suatu generasi untuk menggantikan generasi sebelumnya adalah ketika TFR-nya 2.1. Jadi, bisa dikatakan bahwa generasi Etnis Jawa sekarang tidak mampu menggantikan generasi sebelumnya atau dapat dibilang, lama-lama Etnis Jawa akan Punah karena pertumbuhannya melambat.
Nah begitulah ceritanya mengapa Etnis Jawa setiap tahun mengalami penurunan. Sayangkan apabila kita kehilangan Identitias kita??
Bagi teman-teman yang milenials, bagus kalian jago menguasai teknologi, kuasai ilmu pengetahuan dan sebagainya.
Tapi jangan lupa untuk melestarikan budaya masing-masing ya.
Jangan sampai kekayaan budaya Indonesia ini hilang satu per satu.
Terima kasih
-Jayabaya-
Ramalan Jangka Jayabaya yang disebutkan di atas mulai menjadi kenyataan apabila melihat realita di zaman sekarang.
Data akurat yang akan dibahas penulis menyebutkan bahwa terdapat kecenderungan Orang Jawa akan punah.
Penasaran?
Data akurat yang akan dibahas penulis menyebutkan bahwa terdapat kecenderungan Orang Jawa akan punah.
Penasaran?
Foto Orang Jawa
Sumber Data Thread ini
Sumber data buat thread ini adalah Sensus Penduduk 2010 (SP2010).
Perlu diketahui bahwa data SP2010 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik RI (BPS) adalah data yang paling kaya untuk menggambarkan kondisi penduduk di Indonesia.
Web Sensus Penduduk
http://sp2010.bps.go.id/
Perbedaan Etnis dan Ras
Etnis adalah pengakuan seseorang kepada kelompok yang mempunyai karakter inti yang sama. Etnis biasanya memiliki kesamaan leluhur, fisik, sejarah, budaya, bahasa, dan nilai (Baumaan 2004, Radcliffe 2010).
Etnis berbeda dengan Ras. Ras berkaitan dengan status yang diberikan saat lahir (ascribed status) berdasarkan ciri fisiknya saja. Ras yang biasa kita kenal yakni Ras Mongoloid, Negroid, dan Kaukasoid.
Jadi, simpelnya, etnis bisa berubah tetapi ras tidak bisa berubah. Misalnya, anak hasil perkimpoian silang antara Etnis Jawa dan Minangkabau merasa bingung terhadap etnisnya. Pada masa kanak-kanak anak tersebut merasa sebagai Etnis Jawa, tetapi ketika dewasa anak tersebut ternyata lebih nyaman bila dia disebut orang Minang. Namun, ras anak tersebut adalah ras Mongoloid (ras orang-orang Asia yang berkulit kuning bertubuh pendek).
etnis
Etnis berbeda dengan Ras. Ras berkaitan dengan status yang diberikan saat lahir (ascribed status) berdasarkan ciri fisiknya saja. Ras yang biasa kita kenal yakni Ras Mongoloid, Negroid, dan Kaukasoid.
Ras
Jadi, simpelnya, etnis bisa berubah tetapi ras tidak bisa berubah. Misalnya, anak hasil perkimpoian silang antara Etnis Jawa dan Minangkabau merasa bingung terhadap etnisnya. Pada masa kanak-kanak anak tersebut merasa sebagai Etnis Jawa, tetapi ketika dewasa anak tersebut ternyata lebih nyaman bila dia disebut orang Minang. Namun, ras anak tersebut adalah ras Mongoloid (ras orang-orang Asia yang berkulit kuning bertubuh pendek).
Cara Mengidentifikasi Etnis
BPS dalam Sensus Penduduk 2010 menggunakan kuesioner dalam mengidentifikasi Etnis.
Responden dipersilahkan mendefinisikan etnisnya sendiri. Responden memiliki kebebasan dalam menentukan etnis mana dia berasal. Dalam menggali informasi ini, PCL (pewawancara) membimbing responden apabila mengalami kesulitan mengidentifikasi dari etnis mana dia berasal.
Contoh :
Bagus mempunyai ayah beretnis campuran Jawa-Sunda dan mempunyai Ibu bertenis Batak. Bagus lahir dan hidup di Jakarta. Ketika ditanya, Bagus kebingungan dia memiliki Etnis apa. Bagus tidak yakin apakah dia beretnis Jawa, Sunda, Batak, atau bahkan Betawi. Dalam kondisi seperti ini PCL harus melakukan probing (penggalian informasi) seperti.
Misalkan setelah ditanya, keluarga Bagus menganut garis keturunan Patrilinear. Diketahui pula ayah dan kakek Bagus beretnis Jawa. Ditanya lagi, apakah Bagus melakukan adat istiadat Jawa seperti menggunakan bahasa Jawa ketika berkomunikasi di rumah, dan lain sebagainya. Singkat cerita, Bagus mendefinisikan dirinya sebagai Etnis Jawa.
Responden dipersilahkan mendefinisikan etnisnya sendiri. Responden memiliki kebebasan dalam menentukan etnis mana dia berasal. Dalam menggali informasi ini, PCL (pewawancara) membimbing responden apabila mengalami kesulitan mengidentifikasi dari etnis mana dia berasal.
Contoh :
Bagus mempunyai ayah beretnis campuran Jawa-Sunda dan mempunyai Ibu bertenis Batak. Bagus lahir dan hidup di Jakarta. Ketika ditanya, Bagus kebingungan dia memiliki Etnis apa. Bagus tidak yakin apakah dia beretnis Jawa, Sunda, Batak, atau bahkan Betawi. Dalam kondisi seperti ini PCL harus melakukan probing (penggalian informasi) seperti.
- Menanyakan etnis ayah sampai kakeknya apabila memiliki garis keturunan patrilinear
- Menanyakan etnis ibu sampai neneknya apabila memiliki garis keturunan matrilinear
- Menanyakan apakah dia menerapkan adat istiadat etnis orang tuanya
Misalkan setelah ditanya, keluarga Bagus menganut garis keturunan Patrilinear. Diketahui pula ayah dan kakek Bagus beretnis Jawa. Ditanya lagi, apakah Bagus melakukan adat istiadat Jawa seperti menggunakan bahasa Jawa ketika berkomunikasi di rumah, dan lain sebagainya. Singkat cerita, Bagus mendefinisikan dirinya sebagai Etnis Jawa.
Bukti Bahwa Etnis Jawa Semakin Menurun Populasinya
Data Penurunan Populasi Etnis Jawa
sumber : Buku Demography of Indonesia"s Ethnicity
Dari data di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 1930, 47.02% penduduk Indonesia beretnis Jawa. Jumlah ini mengalami penurunan di tahun 2000 yakni menjadi 41.71% dan menjadi 40.06% pada tahun 2010.
Penurunan ini terjadi karena Etnis Jawa sudah melewati transisi demografi tahap pertama. Etnis Jawa mengalami kondisi dimana angka kelahiran (fertilitas) menurun. Sedangkan etnis lainnya masih memiliki angka kelahiran yang tinggi. Jadi, persentase etnis Jawa di Indonesia mengalami penurunan karena populasi etnis lain yang meningkat.
Lebih lanjut tentang Transisi Demografi
Jadi ada empat tahap transisi demografi dan Etnis Jawa sudah melewati tahap pertama.
Contoh kongkritnya bisa dilihat secara nyata, coba perhatikan struktur keluarga mbah-mbah kita. Mbah-mbah kita dahulu mempunyai anak 5-9 anak. Bisa dilihat kalau kumpul lebaran, banyak om-om, pakdhe, budhe, dan keponakan yang kumpul sehingga rumah induk sampai tak muat.
Keluarga Besar
Sekarang polanya bergeser, keluarga Jawa lebih memilih menjadi keluarga kecil, bahagia, sejahtera seiring dengan program Keluarga Berencana yang digembar-gemborkan untuk mengendalikan penduduk. Jadi, singkatnya Total Fertility Rate (TFR) Etnis Jawa hanya 1.9 kelahiran/perempuan (Rata-rata TFR Indonesia = 2.4). Artinya adalah perempuan Jawa melahirkan 1.9 anak selama hidupnya. Secara teori, kemampuan suatu generasi untuk menggantikan generasi sebelumnya adalah ketika TFR-nya 2.1. Jadi, bisa dikatakan bahwa generasi Etnis Jawa sekarang tidak mampu menggantikan generasi sebelumnya atau dapat dibilang, lama-lama Etnis Jawa akan Punah karena pertumbuhannya melambat.
Penyebab Populasi Etnis Jawa Menurun
Walaupun secara statistik Etnis Jawa mengalami penurunan jangan ditelan mentah-mentah ya.....
Berikut penyebab mengapa angka-angka tersebut turun.
Berikut penyebab mengapa angka-angka tersebut turun.
- Pembangunan yang terkonsentrasi di Pulau Jawa. Hal ini menyebabkan kesehatan penduduk Pulau Jawa (Homeland of Javanese) meningkat. Akibatnya, angka harapan hidup etnis Jawa semaking tinggi bahkan sampai lebih dari 70 tahun. Hal ini menyebabkan populasi Etnis Jawa menua.
- Perempuan Jawa mulai masuk ke dalam pasar kerja. Jaman dulu, perempuan harus berada di rumah mengurus rumah tangga. Tetapi jaman sekarang, perempuan banyak yang kuliah dan bekerja seperti halnya laki-laki. Sehingga perempuan menunda masa perkimpoiannya dan memutuskan untuk memiliki sedikit anak karena waktu dan tenaga yang terbagi antara mengurus pekerjaan dan mengurus anak dan rumah tangga.
- Mobilitas Etnis Jawa yang tinggi. Bisa dilihat di berbagai data statistik, Etnis Jawa ada dimana-mana. Etnis Jawa selalu berada di 5 besar etnis terbanyak di 28 provinsi di Indonesia. Artinya, mobilitas Etnis Jawa sangat tinggi. Hal ini tidak menutup kemungkinan jika etnis jawa melakukan perkimpoian silang dengan etnis di daerah migrasi. Akibatnya, anak hasil perkimpoian silang tersebut bingung mendefinisikan dia etnis apa seperti kejadian anak bernama "Bagus" di atas. Mobilitas Etnis Jawa juga sampai ke luar negeri. Banyak orang-orang Jawa yang bekerja atau berkuliah di Luar Negeri sehingga mengurangi populasi orang Jawa yang tinggal di Indonesia.
- Kehilangan Identitas. Pendapat keempat merupakan pendapat pribadi. Hal ini dikarenakan Orang Jawa tidak "nguri-uri" budayanya sehingga dia kehilangan identitasnya sebagai orang Jawa.
Nah begitulah ceritanya mengapa Etnis Jawa setiap tahun mengalami penurunan. Sayangkan apabila kita kehilangan Identitias kita??
Bagi teman-teman yang milenials, bagus kalian jago menguasai teknologi, kuasai ilmu pengetahuan dan sebagainya.
Tapi jangan lupa untuk melestarikan budaya masing-masing ya.
Jangan sampai kekayaan budaya Indonesia ini hilang satu per satu.
Terima kasih
SUMBER
No comments:
Write comments