Thursday, March 8, 2018

Bernafas di Air Keruh


Semakin jernih sebuah kolam, maka akan semakin bagus pula kehidupan untuk ekosistem di dalamnya; begitu pula sebaliknya. Jika sebuah media terus menyajikan flow medium yang keruh, maka akan semakin ruwet pula cara berpikir pembacanya.

Media bisa dibilang adalah habitat dari sebagian (atau bahkan semua) masyarakat dari belahan dunia manapun. Jutaan orang selalu menghabiskan waktunya untuk sekedar meninggalkan pikirannya pada satu informasi atau berjalan dari satu sajian ke sajian lainnya. Variatifnya sajian media ini pada akhirnya akan menciptakan sebuah ekosistem untuk kehidupan organismenya.

Bernafas di Air Keruh

Quote:Hampir setiap sore hari, saya selalu menyempatkan diri untuk singgah sejenak ke taman kota. Disanalah saya biasa menghabiskan waktu untuk sekedar duduk dan santai di pinggir kolam yang sejatinya sudah menjadi trademark dari taman tersebut. Suasana taman yang sejuk di tumbuhi pepohonan, sedikit orang yang berlalu lalang, dan pemandangan unik dari ikan-ikan yang sering berterbangan keluar dari bawah permukaan kolam. Menarik bukan?

Jujur, pemandangan tersebut sering kali menuntut imajinasi saya untuk selalu berfikir liar akan sebuah penggambaran. Berfikir dan terus menalar akan suatu sebab, kenapa ikan-ikan tadi bisa sesering itu muncul ke permukaan. Saya mencoba menganalisanya di buku catatan dan mulai berfikir untuk menuliskan sesuatu.

Hal pertama yang terlintas di pikiran saya adalah menamai kolam itu dengan nama "media" dan ikan-ikan tadi sebagai organismenya, atau bisa dibilang masyarakat yang ikut ambil bagian. Sementara kita manusia yang ada di pinggir kolam adalah pelaku sekaligus saksi akan sebuah fenomena.

No comments:
Write comments

Artikel Menarik Lainnya

loading...