Tak salah rasanya apabila suasana perpolitikan di Indonesia sepanjang tahun 2014 sampai 2019 nanti bakal selalu panas, entah di 2019 nanti makin panas atau tidak, yang pasti tahun depan menjadi kunci bagaimana iklim perpolitikan Indonesia 5 tahun selanjutnya.
Indonesia tidaklah hanya sekali atau dua, tiga kali dalam melaksanakan Pemilihan Umum (Pemilu). Mulai jaman sebelum BJ. Habibi ditunjuk Soeharto menggantikan beliau jadi Presiden, sudah ada Pemilu. Namun Pemilu Presiden baru ada ketika Era Reformasi, tepatnya Pilpres pertama kali dilaksanakan di Indonesia pada tahun 2004. Kala itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla untuk pertama kalinya menjadi presiden dan wakil presiden yang dipilih langsung oleh rakyat.
Kemudian 2009 Republik Indonesia kembali melaksanakan Pemilu legislatif & Pilres. Pada 2009 diluar dugaan Partai Demokrat memenangi Pileg , kerna partai tersebut tergolong partai yang baru. Dan tak hanya sampai disana kegembiraan yang dirasakan oleh partai Demokrat, selang beberapa bulan, partai demokrat kembali menyempurnakan kekuasaannya. Selain mereka sudah menang di lembaga legislatif, kekuasaan di lembaga Eksekutif pun mereka pertahankan dengan ditandai menangnya SBY- Boediono pada Pilpres 2009.
Akan tetapi sampai 2014 tensi politik di Indonesia masih terbilang cukup damai, meskipun di era pemerintahan SBY dan sebelum- sebelumnya banyak terjadi kebijakan yang kontroversi dan konflik- konflik lainnya, Tapi tak sepanas di era Jokowi. Walaupun asal mulanya masyarakat tak setuju dan tak sejalan dengan kebijakan pemerintah tapi tak banyak aksi saling menyerang statement & respon tak beretika di media eletronik atau sosial media, baik masyarakat ataupun elit partainya.
Perbeda dengan era Jokowi, sepanjang tahun 2014 sampai sekarang tahun 2018 dan tak menutup kemungkinan sampai tahun depan. Suasana politik di Indonesia bakal selalu panas. Hal demikian bisa terjadi karena sampai saat ini politik di negeri ini belum bisa bersatu baik para elit partainya antara pemerintah dengan oposisi maupun kedua belah pihak antara pendukung (Konstituennya) pemerintah dengan oposisi.
Sebetulnya mulai jaman SBY pun sudah terjadi cekcok antara pemerintah dengan Oposisi, kala itu Megawati CS yang berperan sebagai oposisi. Banyak waktu itu terjadi konflik- konflik terkait kebijakan SBY, salah satunya ketika SBY menaikan harga BBM kemudian di tantang habis oleh PDIP dan Grindra di Parlemen. Konflik tersebut paling cuma gaduh di parlemen atau di media saja, itupun tak bertahan lama. Selanjutnya masyarakat ataupun elit politik adem lagi. Kalau sekarang tiap hari & tiap pristiwa yang terjadi di tanah air, hampir selalu melahirkan gejolak yang merembet ke wilayah politik. Hal ini ditambah lagi dengan aksi para elit partai atau pemerintah yang ikut beropini ini itu yang kadang opininya menyebabkan para netizen dan masyarakat juga ikut perang di dunia maya ataupun diwarung kopi biasa.
Contoh nyatanya TS masih belum lupa dari sekian banyaknya battle politik dua kubu yang pernah terjadi di antaranya, ketika saat jokowi baru dilantik jadi presiden sudah mengeluarkan kebijakan dengan menaikan harga BBM jenis premium dari Rp.6500 ke Rp.8500. apa yang terjadi ? Sontak saja hal ini langsung mengakibatkatkan perdebatan panas kembali di DPR dan di Masyarakat. Pedahal atmosfer pasca Pilpres pun belum reda. Selain itu sempat viral pula manteri kabinet kerja Jokowi, Yasonna Laoly yang di anggap elit politik & media sudah membuat kebijakan offside dengan keputusannya mengakui Partai Golkar versi Agung Laksono yang di anggapnya resmi dan sesuai hukum, karena waktu itu Golkar versi Aburizal Bakrie memihak kepada koalisi Merah Putih. Dan masih banyak lagi setiap kebijakan atau hal- hal yang berkaitan dengan elit-elit Koalisi Indonesia Hebat maupun Koalisi Merah Putih selalu berpotensi membuat perpolitikan di Indonesia makin hari makin panas.
Apabila 2019 nanti, baik Pemilu Legislatif maupun Pilres mampu menghasilkan wakil rakyat dan pemimpin yang bisa menyatukan yang telah tercerai berai ini, maka ada harapan 2019 dan selanjutnya Indonesia bakal kembali sejuk & damai. Namun jika masih melahirkan pemimpin yang belum bisa menyatukan & merangkul lawan politiknya demi tercapainya tujuan & cita-cita bangsa, maka sulit rasanya membayangkan bagaimana nasib Indonesia jika terus menerus bertikai baik pendukungnya ataupun elit pemerintahannya.
Ini hanya opini & tulisan TS yang gagap politik, jika tak sesuai dengan sudut pandang Kalian. Jangan marah-marah, Cukup Panastak & Panasbung saja yang Battle.
Demikian, sampai jumpa di Thread yang lain, terimakasih sudah mampir ngopi disini Gan - Sis sekalian.
JANGAN LUPA RATE & SHARE PLUS JEJAKNYA
Sumur :
Tulisan TS didukung data by Bombastis
Ilustrasi by Google
Biar gak berat closingnya,
Ane kasih nih gan bonus ilustrasi Ibu-ibu DPR RI kitee.
Nah yang satu ini sempat menulis buku tentang seribu cara agar BBM tidak naik kalau gak salah gan, di Era SBY.
SUMBER
No comments:
Write comments