Saturday, May 26, 2018

Soto Potensi Besar Kuliner Indonesia yang Belum Digarap


Soto Potensi Besar Kuliner Indonesia yang Belum Digarap

Ilustrasi soto ayam. Foto: Wikipedia.org

Siapa yang belum pernah makan soto? Bila belum, segera luangkan waktu untuk mencicipi di warung makan terdekat. Soto atau caoto tersebar merata di nusantara. 

Saking terkenalnya soto, makanan satu ini menyandang nama tempat dibelakangnya. Coba tengok soto Lamongan dan coto Makasar, dua kudapan ini jadi cerita kenangan para perantau asal dua kota itu.

Makanan dengan kuah panas ini mudah dijumpai di berbagai tempat. Soto juga digemari berbagai macam usia, dari anak-anak sampai kakek nenek.

Tak hanya rasanya yang lezat, soto ternyata memiliki akar sejarah yang panjang. Sejarawan Denys Lombart menyebut makanan satu ini mulai populer di Semarang, Jawa Tengah, abad ke-19.

"Soto, berasal dari kata caodu (jao to)," tulisnya di buku Nusa Jawa Silang Budaya: Jaringan Asia. Dari kota pelabuhan Semarang, soto bertualang ke seantero nusantara. Menyinggahi lidah penikmat makanan berkuah. 

Prof. Murdjiati Gardjito, guru besar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta menyebut ada 75 jenis soto di seluruh Indonesia yang tersebar di Jawa, Madura, Sumatera, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi hingga Kalimantan. 

"Jadi soto ini kuliner akulturasi namun sudah membumi di tanah air," katanya. Akulturasi kuliner soto ditunjukkan dengan penggunaan bahan-bahan lokal dalam semangkuk soto.

Di  Bandung misalnya, berkembang soto lobak karena daerah itu merupakan penghasil sayur mayur jenis ini. Tak lupa, penggunaan kunyit sebagai bumbu kuah soto yang menunjukkan penggunaan rempah setempat. 

Koya juga menunjukkan kearifan lokal yang dipadukan ke semangkuk soto. Koya terbuat dari kerupuk udang yang diogoreng kering dan dihancurkan menjadi bubuk.

Koya memberi rasa gurih dan kental di kuah soto. Penggunaan koya lazimnya ditemui di soto yang berasal dari pesisir utara pulau Jawa, dimana persediaan dari tangkapan udang yang melimpah.

Video pembuatan koya dari kerupuk udang dan bawang putih goreng:


Potensi Usaha Kuliner Soto

Soto Potensi Besar Kuliner Indonesia yang Belum Digarap

Ilustrasi sayuran segar. Foto:Pixabay

Bagi pengusaha kuliner, trend kuliner yang berganti dengan cepat menjadi momok menakutkan. Soto menjadi salah satu kuliner yang tak lekang oleh trend.

Keunggulan lain, Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf) menyebut kuliner soto yang menggambarkan konsep Bhinneka Tunggal Ika makanan Indonesia. Menghidangkan menu soto merupakan cara para leluhur untuk berhemat daging atau bahan protein lainnya. 

Soto menjadi alternatif menu yang sehat dan nikmat. Makanan soto sudah mengandung daging sebagai sumber protein, sayuran sebagai sumber serat dan vitamin, nasi/ketupat/lontong dan kentang sebagai sumber karbohidrat. 

Namun, sebelum memulai usaha kuliner soto, pikirkan dua hal ini: konsep produk dan konsep bisnis. Konsep produk setidaknya dapat menjawab pertanyaan berikut ini:

1. Soto jenis apa yang akan dijual? Misalkan memilih menjual Soto Kudus dengan rasa konvensional. Bumbu pelengkap seperti kecap, didatangkan dari Kudus. Penyajiannya menggunakan mangkok kecil seperti yang disajikan di daerah asalnya.

2. Apa menu tambahan dan menu pelengkap? Jika menu utama adalah Soto Madura, jadikan bebek goreng sebagai menu tambahan. Menu pelengkap bisa berupa tahu dan tempe goreng, kerupuk, perkedel, sate jerohan, atau sate telur puyuh.

Soto Potensi Besar Kuliner Indonesia yang Belum Digarap
Soto Bangkong dari Semarang dengan menu pelengkap. Foto: Instagram.com/@marju_85

Sedangkan Konsep Bisnis, Bekraf menyebutkan empat hal berikut ini:

1. Target Pelanggan, ketahui konsumen Anda. Bila lingkungan sekitar gemar makan ikan, mengapa tidak menambahkan menu soto gurame atau soto ikan kakap?

2. Nilai (Value), apa yang anda tawarkan untuk bisa menarik pelanggan? Apakah penyajiannya yang unik? Menggunakan resep warisan keluarga?

3. Bentuk & Skala Usaha, apakah berbentuk warung kaki lima atau rumah makan?

4. Layanan, apakah prasmanan atau dihidangkan di meja pelanggan? Bagaimana pengemasan untuk dibawa?

Kaldu atau kuah soto juga menjadi keunggulan tersendiri. Kuah ini dapat diracik dalam jumlah banyak dan disimpan di mesin pendingin. Saat hendak mengolahnya, tinggal dipanaskan hingga mendidih lagi.

Untuk bahan utama, usahakan menggunakan sayuran yang diperoleh dari wilayah setempat. Penggunakan sayuran segar membuat rasa terjamin dan mengurangi biaya bahan baku yang terbuang. 

Pertimbangkan juga memadukan usaha soto dengan usaha minuman seperti es teler dan jus buah. Keuntungan penjualan minuman lebih besar, karena biaya produksi yang lebih kecil dibanding makanan. 

Bahkan, atraksi membanting botol kecap mampu membuat soto gebrak memiliki ciri khas, lho. Lihat videonya ini: 




Sumber tulisan: 
Buku Panduan Pendirian Usaha Kuliner Soto diterbitkan oleh Badan Ekonomi Kreatif Indonesia dan Universitas Sebelas Maret

Beritagar:
https://beritagar.id/artikel/laporan...-sudah-membumi
Semoga soto mampu bersaing dengan Pho - Vietnam, Tom Yum - Thailand, atau Ramen - Jepang.

Mari kita makan soto, nyam nyam nyammm

SUMBER

No comments:
Write comments

Artikel Menarik Lainnya

loading...